Rusia bangun rel di Kaltim senilai Rp 24 triliun



JAKARTA. Iklim investasi Indonesia terus menyilaukan mata investor asing. Yang teranyar, hari ini (7/2) pemerintah Kalimantan Timur (Kaltim) dan JSC Russian Railways menandatangani nota kesepahaman pembangunan jaringan rel kereta api sepanjang 240 kilometer di tanah Borneo.

Dalam proyek ini, JSC menanam modal hingga Rp 24 triliun. Rel rencananya baru akan dibangun pada 2014 dan bisa digunakan di 2017.

Namun, untuk tahap pertama rel yang membentang dari Kota Balikpapan hingga ke Kabupaten Kutai Barat ini akan digunakan untuk mengangkut batu bara yang banyak dihasilkan Kalimantan Timur.


"Dengan jaringan rel kereta api ini maka pengangkutan batu bara yang selama ini menggunakan jalur sungai bisa lebih cepat dengan kapasitas angkut lebih banyak," ujar Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak usai penandatanganan nota kesepahaman.

Faroek, berharap kerjasama itu bisa mendongkrak pendapatan masyarakat daerah Kalimantan Timur dalam beberapa tahun mendatang dari sektor pertambangan.

Meski saat ini hanya digunakan untuk mengangkut batu bara, Awang Faroek berharap, di masa mendatang jaringan rel dan kereta apinya bisa memberi manfaat lebih besar.

"Bukan tidak mungkin di masa depan kereta api ini bisa mengangkut CPO, hasil perkebunan dan pertanian serta menjadi angkutan manusia. Itu semua tergantung pemerintah pusat," tambah Faroek.

Direktur PT Kereta Api Tunjung Indrawan berterus terang, bisnis transportasi masyarakat di kawasan ini belum menguntungkan.

"Di manapun di dunia kalau kereta api hanya menggantungkan pada pengangkutan manusia tidak akan untung. Saya pikir untuk angkutan manusia menjadi CSR perusahaan dulu lah," ujar Indrawan.

Kenapa pilih Kaltim?

Lalu mengapa Rusia yang dipilih untuk membangun jaringan rel di Kaltim? Sekretaris Daerah Pemprov Kaltim Irianto Lambrie membeberkan sejauh ini hanya Rusia yang terang-terangan menyatakan minatnya.

"Negara lain seperti Jerman dan Jepang kelihatannya tidak tertarik," jelas Lambrie.

Rusia menganggap investasinya ini memiliki prospek cerah di masa depan karena Indonesia berpeluang mengembangkan jaringan kereta apinya.

Selain itu, Direktur Kalimantan Rail, Andrey Shigaevn menyatakan Rusia memiliki pengalaman puluhan tahun mengembangkan infrastruktur perkeretaapian.

"Kami memiliki berbagai tipe tanah di Rusia, sehingga kami juga memiliki teknologi yang bisa disesuaikan dengan kondisi tanah di Kalimantan," promosi Shigaev.

Tak hanya keunggulan pengalaman, Shigaev juga menjamin teknologi kereta api Rusia tak kalah dengan negara-negara lain.

"Ini seperti Kalashnikov tetapi di atas rel. Teknologinya bisa diandalkan, murah dan mudah dalam pemeliharaannya," tambah Shigaev.

Kalashnikov yang dimaksud Shigaev adalah senapan mesin otomatis buatan Rusia yang populer di dunia.

JSC Russian Railways adalah salah satu perusahaan kereta api terbesar di dunia dengan jaringan rel sepanjang 85.100km, 20.000 lebih lokomotif dan satu juta gerbong.

Selain itu, perusahaan ini menguasai 85% jaringan perkeretaapian di Rusia yang mengangkut 950 juta penumpang dan 1,2 miliar ton barang dalam setahun yang melewati 11 zona waktu.

Editor: