Rusia Diduga Gunakan Rudal Hipersonik Zircon untuk Serang Ukraina



KONTAN.CO.ID - Militer Rusia diduga telah menggunakan rudal hipersonik Zircon dalam sebuah serangan ke Ukraina pekan lalu. Jika benar, ini merupakan pertama kalinya Zircon terjun dalam perang Ukraina yang dimulai dua tahun lalu.

Oleksandr Ruvin, direktur Institut Penelitian Forensik Ilmiah Kyiv, mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan analisis awal terhadap pecahan rudal dari serangan Rusia pada 7 Februari.

Dalam pesannya di Telegram, Ruvin menjelaskan bahwa pihaknya melihat sejumlah karakteristik yang identik dengan Zircon dari pecahan rudal yang digunakan dalam serangan.


Baca Juga: Rusia dan China Kompak Salahkan AS atas Kekacauan di Timur Tengah

"Dalam hal ini, kita melihat elemen yang menjadi ciri khas rudal 3M22 Zircon. Bagian dan pecahan mesin dan mekanisme kemudi memiliki tanda khusus," tulisnya, dikutip Reuters.

Serangan itu menewaskan sedikitnya lima orang dan merusak bangunan tempat tinggal dan infrastruktur energi. 

Ruvin tidak menyebutkan apakah senjata tersebut ditembakkan dari darat atau dari laut. Dirinya meyakini rudal tersebut dirakit baru-baru ini.

Baca Juga: Rusia Ancam Sita Harta Para Penentang Perang

Rudal Hipersonik Zircon Rusia

Rudal Zircon dipercaya memiliki jangkauan mencapai 1.000 km dan mampu melesat setara 9 kali kecepatan suara.

Zircon awalnya dirancang sebagai senjata yang diluncurkan di laut dan versi yang diluncurkan di darat dikembangkan kemudian.

Para ahli militer percaya bahwa kecepatan hipersoniknya dapat mengurangi waktu reaksi pertahanan udara dan kemampuan untuk menyerang sasaran yang besar, dalam, dan keras.

Baca Juga: Dibekali Rudal Zircon, Kapal Perang Rusia Bergerak Menuju Inggris via Norwegia

Militer Rusia terakhir kali melakukan uji coba rudal Zirkon pada Juni 2022. Saat itu Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut Zircon sebagai bagian dari sistem senjata generasi baru yang tak tertandingi.

Zircon dipercaya dapat menimbulkan tantangan tambahan bagi pertahanan udara Ukraina jika benar-benar mulai digunakan tahun ini.

Sejak invasinya dimulai dua tahun lalu, Rusia melakukan serangan udara menggunakan serangkaian rudal jarak jauh dan drone yang berbeda.