Rusia jajaki transaksi perdagangan tanpa dollar AS dengan Turki



KONTAN.CO.ID - ANKARA. Krisis mata uang Turki turut menjadi perhatian Rusia. Negeri Beruang Merah ini akan membantu Turki dalam mengatasi krisis mata uangnya. Salah satu caranya, Rusia akan menggunakan mata uang nasional bukan dengan dalam dollar AS dalam transaksi perdagangan dengan Turki.

"Penggunaan mata uang nasional untuk perdagangan timbal balik telah selama beberapa tahun menjadi salah satu pembicaraan Presiden Rusia dan Turki," kata  Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara seperti dilaporkan Reuters.

Lavrov mengadakan pembicaraan di Ankara dengan Cavusoglu setelah Senin lalu (13/8), lira Turki jatuh ke titik terendah sepanjang masa terhada dollar AS. Sementara mata uang Rusia, rubel melorot hampir 10% versus dollar AS hanya dalam beberapa hari pada bulan Agustus 2018.


Menurut Lavrov, penggunaan mata uang nasional dalam pembayaran perdagangan juga dilakukan dengan Iran. "Tidak hanya dengan Turki dan Iran, kami juga mengatur dan telah menerapkan pembayaran dalam mata uang nasional dengan China,” katanya. Lewat cara ini, ia yakin, peran dollar AS sebagai mata uang cadangan global seiring waktu akan melemah dan akhinya perannya mati.

Hanya saja, Lavrov tidak mengumumkan komitmen kapan Rusia tidak lagi menggunakan dollar AS dalam transaksi perdagangan dengan Turki, atau menjanjikan menyediakan bantuan keuangan bagi Turki.

Timothy Ash, Senior Strategist di BlueBay Asset Management mengatakan, ia tidak berpikir Rusia akan membantu menyediakan pembiayaan bagi Turki pada tahap ini. Sebab, Rusia juga memiliki masalah sendiri dengan sanksi dari Amerika Serikat.

Apalagi, Rusia juga ingin mempertahankan penyangga mata uang mereka sendiri. "Mereka mungkin hanya akan memberikan kata-kata hangat ke Turki," kata Ash.

Turki sendiri memiliki rekam jejak menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan internasional. Oktober 2017 lalu, Bank Sentral Turki dan Iran secara resmi setuju untuk memperdagangkan mata uang lokal setelah menggunakan euro di masa lalu.

Namun, menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan timbal balik ini memiliki kekurangannya. Jika mata uang salah satu pihak anjlok, akan meningkatkan risiko bagi pihak lain yang biasanya itu tidak ada jika kesepakatan itu diselesaikan dalam dollar AS.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini mengatakan dalam pidato publik bahwa Turki dan sekutu ekonominya tidak perlu menggunakan dollar AS dalam perdagangan bilateral.

Pemerintah Rusia juga menyatakan lebih menyukai perdagangan bilateral dengan semua negara dalam mata uang nasional mereka, daripada dollar AS. Namun ide tersebut membutuhkan kerja yang terperinci sebelum diimplementasikan.

“Pilihan untuk perdagangan timbal balik ini terlihat mungkin. Rusia adalah pasar yang cukup besar untuk barang-barang Turki, ”kata Yaroslav Lissovolik, Direktur Program Valdai Discussion Club Rusia, sebuah lembaga think-tank yang berkantor pusat di Moskow seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat