KONTAN.CO.ID - Rusia meminta Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan sidang pada hari Jumat (12/1) untuk membahas serangan AS dan Inggris ke Yaman. Melansir
TASS, permintaan ini diajukan oleh Misi Permanen Rusia untuk PBB. Perwakilan itu mengatakan bahwa sidang dapat dijadwalkan pada pukul 10:00 waktu setempat, atau pukul 22:00 waktu Indonesia barat. "Rusia telah meminta pertemuan mendesak Dewan Keamanan PBB pada 12 Januari sehubungan dengan serangan AS dan Inggris di Yaman," tulis perwakilan Rusia di akun Telegram resminya.
Pada hari Rabu (10/1), Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang menuntut diakhirinya segera serangan terhadap kapal di Laut Merah. Sebanyak 11 anggota DK PBB menyetujui dokumen tersebut, sedangkan empat negara yakni Rusia, Tiongkok, Aljazair, dan Mozambik abstain. Sebelum itu, DK PBB menolak tiga usulan Rusia untuk mengubah teks rancangan resolusi tersebut, termasuk satu usulan yang menyebutkan konflik antara Palestina dan Israel sebagai penyebab eskalasi di Laut Merah belakangan ini.
Baca Juga: AS dan Inggris Lancarkan Serangan Terhadap Houthi di Yaman Serangan AS dan Inggris ke Yaman
Meningkatnya eskalasi konflik di Gaza antara Israel dan Hamas membuat Houthi yang berbasis di Yaman ikut bergerak. Kelompok yang didukung Iran tersebut akhirnya mulai melancarkan serangan ke wilayah Israel. Houthi bersumpah untuk menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau menuju pelabuhan Israel. Sayangnya, banyak kapal yang menjadi sasaran ternyata tidak berkaitan sama sekali dengan Israel. Menurut pusat komando militer AS atau CENTCOM, lebih dari 20 kapal induk dan kapal komersial telah diserang di Laut Merah dan Selat Bab el-Mandeb sejak pertengahan November. Pada Jumat dini hari, militer AS dan Inggris menggunakan kapal perang, pesawat tempur, serta kapal selam melancarkan serangan udara terhadap posisi Houthi di sejumlah kota di Yaman.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Tersulut Serangan AS dan Inggris ke Yaman Seorang pejabat militer AS yang berbicara secara anonim mengatakan, lebih dari selusin lokasi menjadi sasaran dengan tujuan untuk melemahkan kemampuan militer Houthi dan tidak hanya bersifat simbolis. Sementara itu, pejabat Houthi membenarkan adanya penggerebekan di ibu kota Sanaa serta kota Saada dan Dhamar serta di provinsi Hodeidah. Houthi secara tegas menyebut penyerbuan ini sebagai agresi Amerika-Zionis-Inggris.
Kepada
Reuters, sejumlah saksi mata mengonfirmasi ledakan telah terjadi di seluruh negeri. Sebelum serangan ini dilakukan, Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa dirinya tidak akan ragu untuk melakukan tindakan lebih lanjut jika diperlukan. "Serangan yang ditargetkan ini merupakan pesan yang jelas bahwa AS dan mitra-mitra kami tidak akan menoleransi serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak-pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi," kata Biden. Sejalan dengan itu, militer Inggris dalam pernyataannya mengatakan bahwa Houthi telah menunjukkan tanda-tanda awal mengenai kemampuannya mengganggu arus pengiriman barang internasional.