Rusia Tambah Utang US$ 13 Miliar untuk Anggaran Militer 2023, Perang Makin Panjang?



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Negara-negara Eropa Barat terus mengungkapkan kekhawatiran mereka akan ekspansi militer Rusia.

Dalam sebuah update laporan intelijen yang dikutip oleh kantor berita Voice of Amerika (VOA) menyebutkan, menurut Kementerian Pertahanan Inggris pad Rabu lalu telah menerbitkan surat utang dalam jumlah utang dalam sehari.

Tujuan penerbitan surat utang tersebut, menurut Kementerian Pertahanan sebagai kunci  keberlanjutan dari belanja negeri beruang putih tersebut.


Penerbitan surat utang itu sekaligus kenaikan yang sangat besar sejak Rusia melakukan pendudukan wilayah Ukraina sejak Februari 2022 lalu.

Kenaikan nilai surat utang yang telah diterbitkan mencapai US$ 13,6 miliar. 

Baca Juga: PM Inggris Rishi Sunak Kunjungi Kyiv, Janjikan Paket Pertahanan Baru

Pemerintah Rusia sebelumnya juga telah mengumumkan anggaran belanja militer pada tahun depan mencapai  kisaran US$ 84 miliar.

Angka anggaran belanja militer tahun depan ini meningkat sebesar 40% jika dibandingkan dengan pos anggaran yang sama tahun 2021.

Menurut analisa kementerian pertahanan, Ukuran lelang ini menunjukkan sangat mungkin Kementerian Keuangan Rusia menganggap kondisi saat ini relatif menguntungkan untuk menerbitkan surat utang. 

Tetapi penerbitan utang dalam jumlah besar ini juga untuk mengantisipasi lingkungan fiskal yang semakin tidak pasti selama tahun depan.

Kondisi Ukraina 

Pada bagian lain, pihak berwenang Ukraina di ibu kota, Kyiv, memperingatkan warga akan adanya "penutupan total", karena suhu di bawah nol mencengkeram negara itu.

Baca Juga: Pengamat Teknologi Sebut Bisnis Digital Tanah Air Mulai Masuk Masa Sulit

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, Walikota Kyiv, Vitali Klitschko mengatakan pihak berwenang sedang berusaha memulihkan jaringan listrik kota.

Jaringan listrik ini porak poranda akibat serangan militer udara Rusia yang telah menimbulkan kerusakan parah pada jaringan energi ibu kota Ukraina.

Sementara Rusia dikabarkan terus menghantam Ukraina di berbagai bagian negara itu — dari Kyiv di utara hingga Odesa di selatan. 

"Ini menghancurkan hampir setengah dari sistem energi Ukraina, kata Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal.

Rusia melanjutkan serangan rudal terhadap infrastruktur penting sipil Ukraina.

Shmyhal menuding Rusia telah berperang melawan penduduk sipil dan merampas hak untuk mendapatkan penerangan, pasokan air, panas, dan komunikasi selama musim dingin.

Komentar Shmyhal ini muncul selama pembicaraan dengan Wakil Presiden Komisi Eropa Valdis Dombrovskis di Kyiv.

Perdana Menteri Ukraina menambahkan, "Pada 15 November, Rusia telah menembakkan sekitar 100 rudal ke kota-kota di Ukraina. Hampir setengah dari sistem energi kami telah dinonaktifkan."

Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat malam dalam pidato video menyebut serangan Rusia ini di tengah suhu dingin yang membekukan, kesulitan dengan pasokan energi tetap ada di 17 wilayah Ukraina serta ibu kota.

Baca Juga: NATO: Rudal yang Jatuh di Polandia Milik Ukraina, Tapi Rusia yang Bersalah

Zelenskyy mengatakan perusahaan energi bekerja sepanjang hari Jumat untuk memulihkan pasokan listrik.

Ia juga mengatakan sudah ada pemadaman darurat yang jauh lebih sedikit. Sementara di area di mana pemadaman berlanjut, akan dilakukan stabilisasi dengan membuat jadwal per jam.

Wakil Perdana Menteri Ukraina untuk Integrasi Eropa dan Euro-Atlantik, Olha Stefanishyna menambahkan, saat ini taktik Rusia adalah dengan memotong pasokan listrik, air dan gas "secara besar-besaran dengan tujuan mendemoralisasi penduduk sipil.

Kepala eksekutif operator utilitas negara Ukrenergo, Volodymyr Kudrytskyi, mengatakan di televisi negara Ukraina, "Kami perlu mempersiapkan kemungkinan pemadaman yang lama, tetapi saat ini kami memperkenalkan jadwal yang direncanakan dan akan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa pemadaman tidak terjadi. sangat panjang."

Sebuah badan PBB mengatakan mengkhawatirkan krisis kemanusiaan musim dingin ini jika listrik padam terus berlanjut.

Baca Juga: Masa Depan Ekonomi Dunia Masih Suram Meski KTT G20 Capai Kesepakatan

Pada hari Jumat (18/11), Zelenskyy juga bertemu dengan Dombrovskis di Kyiv dan mengucapkan terima kasih atas rencana program bantuan keuangan Uni Eropa lebih dari US$ 18,5 miliar pada tahun 2023.

Zelenskyy juga berpidato di forum tahunan Halifax International Security Forum. 

Forum ini menyatukan para pejabat pertahanan dan keamanan dari negara-negara demokrasi Eropa Barat.

"Rusia sekarang mencari gencatan senjata singkat, jeda untuk mendapatkan kembali kekuatan, jeda seperti itu hanya akan memperburuk situasi," katanya.

Zelenskyy menambahkan, "Perdamaian yang benar-benar nyata dan bertahan lama hanya dapat dihasilkan dari penghancuran total agresi Rusia."

Ratusan ditahan, hilang di Kherson

Sebuah laporan Universitas Yale yang didukung oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ada sebanyak 226 orang ditahan atau hilang sepanjang bulan Maret dan Oktober 2022, atau selama pendudukan Rusia di Kherson.

The Conflict Observatory, sebuah program penelitian Universitas Yale yang mendapat dukungan dari Departemen Luar Negeri AS, merilis laporan yang diklaim sebagi hasil laporan independen pada Jumat (18/11). 

Laporan ini menggambarkan banyak contoh penahanan dan penghilangan yang tidak adil di Kherson. 

"Rusia harus menghentikan operasi ini dan menarik pasukannya untuk mengakhiri perang yang tidak perlu yang tidak dapat dan tidak akan dimenangkannya - tidak peduli seberapa hina dan putus asa taktiknya," pernyataan Departemen Luar Negeri AS yang diumumkan pada hari Jumat.

Menteri Dalam Negeri Ukraina Denys Monastyrsky menyebut para penyelidik di daerah-daerah yang dibebaskan di wilayah Kherson telah menemukan sebanyak 63 mayat dengan dugaan bekas-bekas penyiksaan.

Komisaris hak asasi manusia parlemen Ukraina, Dmytro Lubinets, juga merilis sebuah video yang ia klaim sebagai ruang penyiksaan yang digunakan oleh pasukan Rusia saat menduduki wilayah Kherson.

Lubinets menuduh pasukan Rusia telah menyiksa warga Ukraina dengan aliran listrik, mematahkan tulang mereka, memukuli mereka dengan pipa logam dan membunuh mereka. 

Dia mencatat para penyerbu merekam semua kejahatan mereka melalui video.

Meskipun demikian kantor berita Reuters menyatakan tidak dapat memverifikasi kebenaran dari tuduhan yang dibuat oleh Lubinets dan lainnya dalam video tersebut. 

Di sisi lain Pemerintah Rusia membantah pasukannya sengaja menyerang warga sipil atau melakukan kekejaman.

Sementara itu, Rusia pada pernyataan Jumat balik menuduh bahwa tentara Ukraina mengeksekusi lebih dari 10 tawanan perang Rusia. 

Rusia juga menuduh Kyiv melakukan kejahatan perang dan Barat telah mengabaikan mereka.

Kementerian pertahanan Rusia mengutip sebuah video yang beredar di media sosial Rusia yang diduga menunjukkan eksekusi tawanan perang Rusia. 

Reuters tidak dapat segera memverifikasi video atau pernyataan kementerian pertahanan teresebut.

Editor: Syamsul Azhar