Rusia Tawarkan Bonus Rp 357,3 juta kepada Warga Moskow untuk Berperang di Ukraina



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pihak berwenang Rusia menawarkan pembayaran bonus sebesar US$ 22.000 atau setara dengan Rp 357,3 juta kepada penduduk Moskow yang mendaftar untuk bergabung dengan militer.

Ini merupakan upaya baru untuk mengimbangi tingginya tingkat kematian dan cedera di kalangan tentara di Ukraina.

Melansir Business Insider, pemerintah kota Moskow mengatakan, rekrutan baru yang menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia akan menerima bonus sebesar 1,9 juta rubel, atau sekitar US$ 22.000.


Pengumuman tersebut menyatakan, jika digabungkan dengan gaji bulanan dan tunjangan lainnya, prajurit dari ibu kota Rusia akan menghasilkan sekitar 5,2 juta rubel pada tahun pertama dinas mereka.

Intelijen militer Inggris mengatakan pada bulan Mei bahwa 1.200 tentara Rusia terbunuh atau terluka setiap hari. Ini merupakan jumlah tertinggi sejak perang dimulai pada Februari 2022.

Hal ini terjadi ketika Rusia mengirimkan gelombang pasukan untuk melakukan serangan langsung terhadap Ukraina.

Serangan-serangan tersebut meningkat pada awal tahun ini ketika Rusia berusaha memukul mundur pasukan Ukraina di wilayah Kharkiv.

Sejumlah laporan mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut seringkali dilancarkan hanya untuk mendapatkan keuntungan tambahan.

Baca Juga: Masyarakat Ukraina Rela Serahkan Wilayah ke Rusia Asalkan Perang Berakhir

Rusia sedang berusaha untuk menambah jumlah militernya di Ukraina dengan kontrak menguntungkan seperti yang ditawarkan di Moskow dan juga dengan merekrut tahanan serta mempekerjakan tentara bayaran.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Desember mengeluarkan dekrit yang memerintahkan militer untuk meningkatkan jumlah pasukannya sekitar 170.000. Dengan demikian, jumlah pasukan Rusia akan meningkat menjadi 1,2 juta.

Mengutip CNN, Putin awalnya memerintahkan “mobilisasi parsial” terhadap warga Rusia pada September 2022 menyusul serangkaian kekalahan yang menyebabkan saling tuduh di Moskow. 

Mobilisasi ini berarti warga negara yang merupakan cadangan militer dapat dipanggil dan mereka yang memiliki pengalaman militer dapat diwajibkan wajib militer.

Kampanye wajib militer menyebabkan demonstrasi yang sengit, khususnya di wilayah etnis minoritas Rusia di mana upaya mobilisasi terkonsentrasi. Kebijakan tersebut juga telah memicu eksodus pria Rusia usia militer meninggalkan negara tersebut untuk menghindari perang.

Baca Juga: Lembaga Ini Keluarkan Surat Perintah Penangkapan untuk Xi Jinping, Ada Apa?

Meskipun kampanye mobilisasi dihentikan pada November 2022 setelah para pejabat mengatakan target perekrutan 300.000 personel telah terpenuhi, Rusia telah merekrut pejuang di luar perbatasannya untuk berperang di Ukraina.

Rusia telah merekrut sebanyak 15.000 warga Nepal untuk berperang di Ukraina, dan banyak dari mereka mengalami trauma, sementara sejumlah lainnya masih hilang atau mungkin tewas. 

Seorang tentara Nepal yang berbicara kepada CNN mengatakan tentara yang direkrut juga berasal dari Afghanistan, India, Kongo, dan Mesir termasuk di antara mereka yang dilatih di akademi militer Rusia untuk pejuang asing.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie