KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal invasi skala penuh, Ukraina melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang menargetkan kota Dnipro, wilayah strategis di Ukraina tengah. Informasi ini disampaikan oleh Angkatan Udara Ukraina melalui pernyataan resmi pada Kamis (21/11). Tindakan ini menandai babak baru dalam konflik, dengan penggunaan senjata jarak jauh yang biasanya dikaitkan dengan tujuan militer strategis, menimbulkan kekhawatiran global akan intensitas perang yang terus meningkat.
Baca Juga: Biden Hapuskan Utang US$4,65 Miliar Ukraina, Bantuan Terakhir Sebelum Lengser? Serangan Rudal: Rincian Eskalasi
Menurut Angkatan Udara Ukraina, Rusia melancarkan serangan rudal dari wilayah Astrakhan, Rusia, yang mencakup peluncuran ICBM. Namun, jenis ICBM yang digunakan belum diungkapkan dalam pernyataan tersebut. Selain itu, Rusia juga menggunakan berbagai jenis rudal lainnya dalam serangan ini, termasuk:
- Rudal aeroballistik Kh-47M2 "Kinzhal" yang diluncurkan dari jet tempur MiG-31K di wilayah Tambov.
- Tujuh rudal jelajah Kh-101, yang diluncurkan dari pembom strategis Tu-95MS.
Angkatan udara Ukraina berhasil mencegat enam dari tujuh rudal jelajah tersebut, menunjukkan efektivitas sistem pertahanan udara negara itu meskipun menghadapi serangan besar-besaran. Serangan ini mengakibatkan dua orang terluka, merusak sebuah fasilitas industri dan pusat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas, menurut pejabat setempat.
Baca Juga: Rusia Kehilangan 1.610 Tentara, 17 Tank, dan 153 Kendaraan dalam Sehari Apa Itu ICBM?
Rudal balistik antarbenua (ICBM) dirancang untuk menyerang target ribuan mil jauhnya. Meskipun biasanya digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir, ICBM juga dapat dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, menjadikannya senjata serbaguna dalam operasi militer strategis dan taktis. Penggunaan ICBM dalam konflik ini menimbulkan kekhawatiran internasional, terutama karena potensinya untuk meningkatkan ketegangan global jika digunakan secara strategis.
Dimensi Internasional: Bantuan Pasukan Korea Utara dan Doktrin Nuklir Baru Rusia
Serangan ini terjadi di tengah keterlibatan internasional yang semakin besar, termasuk kedatangan pasukan Korea Utara untuk membantu Rusia di medan perang. Langkah ini mempertegas dimensi geopolitik perang yang semakin kompleks. Dua hari sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani revisi doktrin nuklir yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir oleh Rusia. Langkah ini dianggap sebagai sinyal bahaya bagi stabilitas keamanan global. Di sisi lain, Ukraina terus meningkatkan kapasitas militernya dengan menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok oleh Amerika Serikat dan rudal Storm Shadow buatan Inggris, yang dilaporkan telah ditembakkan ke wilayah Rusia.
Baca Juga: Zelenskiy Sebut Pasukan Korea Utara di Rusia Bisa Mencapai 100.000 Orang Rusia dan Persenjataan Nuklir: Apa Artinya bagi Dunia?
Rusia saat ini memegang stok senjata nuklir terbesar di dunia, sedikit melampaui Amerika Serikat. Kedua negara menguasai mayoritas persenjataan nuklir global, yang merupakan warisan dari perlombaan senjata era Perang Dingin.
Diperkirakan terdapat lebih dari 12.000 hulu ledak nuklir di dunia, dengan sekitar tiga perempat dari jumlah tersebut siap digunakan. Konsentrasi kemampuan nuklir ini terus membentuk diskusi keamanan global dan keseimbangan kekuatan antara negara-negara besar. Penggunaan rudal ICBM dalam konflik Ukraina meningkatkan kekhawatiran bahwa perlombaan senjata modern bisa semakin tidak terkendali, terutama jika doktrin nuklir yang lebih agresif diberlakukan oleh Rusia.
Editor: Handoyo .