KONTAN.CO.ID - KREMENCHUK. Petugas pemadam kebakaran pada Selasa (28/9/2022) berupaya membongkar puing-puing sebuah pusat perbelanjaan Ukraina di mana pihak berwenang mengatakan 36 orang hilang setelah serangan rudal Rusia yang menewaskan sedikitnya 18 orang. Melansir
Reuters, serangan di pusat kota Kremenchuk dan serangan yang dilaporkan di wilayah Dnipropetrovsk jauh dari garis depan. Serangan mal itu memicu gelombang kecaman global. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutnya sebagai "kejahatan perang". Ukraina mengatakan, Moskow telah membunuh warga sipil dengan sengaja di Kremenchuk. Rusia mengatakan telah menyerang depot senjata terdekat dan secara keliru mengklaim bahwa mal itu kosong.
Gubernur Dnipropetrovsk mengatakan petugas penyelamat sedang mencari korban yang berada di bawah reruntuhan di kota utama kawasan itu, Dnipro. Pejabat Ukraina Valentyn Reznychenko, mengatakan Rusia menembakkan enam rudal, tiga di antaranya ditembak jatuh. Infrastruktur perkeretaapian dan sebuah perusahaan industri telah dihancurkan dan sebuah perusahaan jasa dibakar. "Serangan massal musuh di wilayah Dnipropetrovsk. Enam misil!!!" tulisnya di aplikasi Telegram.
Baca Juga: Dituduh Mendukung Militer Rusia, AS Masukkan Lima Perusahaan China ke Daftar Hitam Reuters tidak dapat memverifikasi akun gubernur secara independen. Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera membalas email permintaan komentar dari Reuters. Pada pertemuan puncak di Jerman, para pemimpin negara-negara demokrasi industri G7 mengumumkan rencana pembatasan harga minyak Rusia, yang dirancang untuk membuat Rusia kekurangan sumber daya untuk perang tanpa memperburuk krisis energi global. Selanjutnya adalah KTT NATO di Spanyol, di mana aliansi militer Barat diperkirakan akan mengumumkan ratusan ribu tentara yang dipindahkan ke kondisi siaga yang lebih tinggi dan perombakan kerangka strategisnya untuk menggambarkan Moskow sebagai musuh. Yang juga pasti akan membuat marah Rusia, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada hari Selasa bahwa Turki telah setuju untuk mendukung Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO. Keberatan Turki terhadap tawaran keanggotaan diprediksi akan membayangi pertemuan puncak yang berjuang untuk persatuan melawan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Indonesia Suarakan Dampak Besar Akibat Perang yang Dirasakan Negara Berkembang Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia sengaja menargetkan warga sipil dalam "salah satu serangan teroris paling menantang dalam sejarah Eropa". Kementerian pertahanan Rusia mengatakan misilnya mengenai gudang senjata terdekat yang menyimpan senjata Barat, yang meledak, menyebabkan kobaran api yang menyebar ke mal terdekat. Kyiv mengatakan tidak ada sasaran militer di daerah itu. "Tujuan Rusia adalah agar sebanyak mungkin orang Ukraina menutup mata mereka selamanya, agar sisanya berhenti melawan dan tunduk pada perbudakan," kata Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan Ukraina di Twitter. Rusia menggambarkan pusat perbelanjaan itu tidak terpakai dan kosong. Namun hal itu dibantah oleh kerabat korban tewas dan hilang, serta puluhan korban selamat yang terluka. Salah satunya adalah Ludmyla Mykhailets, 43 tahun, yang sedang berbelanja di sana bersama suaminya ketika ledakan itu melemparkannya ke udara. "Saya terbang dengan kepala lebih dulu dan serpihan menghantam tubuh saya. Seluruh tempat runtuh," katanya di rumah sakit tempat dia dirawat.
Para pemimpin G7 mengatakan serangan itu "keji". Presiden Rusia Vladimir Putin dan mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban, kata mereka dalam sebuah pernyataan. Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil dalam "operasi militer khusus" yang telah menghancurkan kota-kota Ukraina, menewaskan ribuan orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka. Ukraina mengalami hari yang berat lagi di medan perang di wilayah Donbas timur menyusul takluknya kota Sievierodonetsk minggu lalu. Pasukan Rusia sekarang mencoba menyerbu Lysychansk, di seberang Sungai Siverskyi Donets dari Sievierodonetsk, untuk menyelesaikan penaklukan mereka atas Luhansk, salah satu dari dua provinsi timur yang ingin ditaklukkan Moskow atas nama proksi separatis.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie