BERLIN. Petaka keuangan yang dialami Siprus, khususnya sektor perbankan rupanya menyeret negara besar di luar Eropa. Retribusi deposito bank yang ditujukan untuk menjamin para investor berkontribusi ke dana bantuan menimbulkan pro kontra sekaligus kepanikan. Kepentingan besar di balik peristiwa ini mulai terkuak. Adalah Rusia yang dibuat kalang kabut karena hampir sebagian besar dana deposannya terjebak di perbankan Siprus. Anatoly Aksakov dari Asosiasi Perbankan Regional Rusia, kepada kantor berita Interfax menghitung, jumlah uang deposan Rusia yang terjebak di perbankan Siprus mencapai US$ 20 miliar atau setara dengan €15,4 miliar.
"Dengan uang sebesar itu dan segala kebijakannya, keyakinan kami di Siprus sebagai tempat yang aman untuk menyimpan deposito amblas menjadi nol besar," ungkapnya. Sedangkan Forbes mengutip, eskposur Rusia di Siprus lebih besar dari hitungan Aksakov. Melalui riset Moody's kepemilikan bisnis Rusia di Siprus mencapai US$ 19 miliar dan yang ada di perbankan Siprus mencapai US$ 12 miliar. Forbes juga mengutip perkiraan media lain yang menduga, penempatan deposito pribadi Rusia di Siprus antara €8 miliar dan €35 miliar. "Rusia telah kehilangan hingga €3,5 miliar euro dalam satu hari," ini adalah editorial di sejumlah media Eropa dan Rusia. Yang kena adalah para pengusaha kaya di Rusia. Rusia memberi kelonggaran Menurut Interfax, vice president asosiasi perbankan regional, Alexander Khandruiev telah menyarankan pemerintah Rusia agar menegosiasi ulang kesepakatan dengan Siprus. Pada tahun 2011, Rusia memberikan pinjaman ke Siprus senilai € 2,5 miliar. Akibat kejadian ini, pemerintah Rusia siap meringankan kondisi pinjaman tersebut dengan memperpanjang jatuh tempo utang sepanjang 5 tahun yang harusnya jatuh di 2016. Komisi Uni Eropa urusan ekonomi dan moneter, Olli Rehn memastikan, Rusia juga memotong suku bunga pinjaman sebesar 4,5%. "Pemahaman saya adalah bahwa pemerintah Rusia siap memberikan kontribusi dengan perpanjangan pinjaman dan pengurangan suku bunga," kata Rehn, Sabtu. Sejumlahberita yang belum terkonfirmasi juga beredar, Rusia bakal kembali meminjamkan uang dengan jumlah yang sama. Menteri Keuangan Siprus, Michael Sarris akan berkunjung ke Moskow untuk sebuah pertemuan Senin ini. Siprus adalah negara ke lima yang menerima bantuan zona euro sejak blok ini mengalami krisis keuangan tiga tahun lalu. Sebelumnya, menteri keuangan zona euro menyepakati dana bantuan sebesar €10 miliar untuk Siprus guna menyelamatkan negara itu dari kebangkrutan. Kesepakatan dicapai dalam sebuah pembicaraan di Brussels antara para menteri keuangan dan International Monetary Fund (IMF). Sebagai konsekuensinya, Siprus diminta memangkas defisit, menyusutkan sektor perbankan dan meningkatkan pajak. Perbankan di Siprus terkena dampak buruk dari krisis Yunani, yang sebelumnya juga menerima dua kali bantuan dana. "Kelompok euro mencapai kesepakatan politik dengan otoritas Siprus terkait pilar-pilar perjanjian,'' kata kepala kelompok euro Jeroen Dijsselbloem usai pertemuan negosiasi yang berlangsung selama 10 jam. "Bantuan ini adalah jaminan untuk menjaga stabilitas keuangan di Siprus dan zona euro secara keseluruhan,'' tambahnya.
Direktur IMF Christine Lagarde, yang ikut dalam pembicaraan sebelumnya mengatakan Badan Moneter Internasional itu tidak menginginkan bantuan sementara. “Kami ingin sesuatu yang abadi, yang bertahan lama dan berkelanjutan,” ujarnya. Ekonom mengatakan Rusia berkepentingan untuk membantu Siprus karena ada banyak deposito orang penting di Rusia yang nyangkut di sistem perbankan Siprus. Perlu diketahui, dana
bailout tersebut nyaris separuh
product domestic bruto (PDB) Siprus yang hanya €17,5 miliar. Tahun 2011, IMF mengukur bahwa aset perbankan Siprus sudah 835% PDB Siprus. Ekonomi negara itu juga hanya 0,2% terhadap PDB Uni Eropa. Bisa dikatakan, Siprus hanyalah pulau kecil di Eropa dengan aset perbankan yang melebihi kemampuan pengelolaan.
Editor: