MOSKWA. Ekonomi Rusia terjungkal. Badan Statistik Rusia atau The Federal Statisctics Service melaporkan, produk domestik bruto (PDB) Rusia pada kuartal pertama tahun ini berkontraksi alias minus 1,9% secara tahunan. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Rusia masih bisa tumbuh 0,4%. Meski tumbuh negatif, pertumbuhan ekonomi Rusia masih lebih baik ketimbang prediksi analis. Negara pengekspor energi terbesar dunia tersebut hanya menderita resesi ringan dibandingkan enam tahun silam. Pada tahun 2009, ekonomi Rusia minus hingga 7,8%.
Analis yang disurvei
Bloomberg mengestimasikan rata-rata penurunan ekonomi Rusia sebesar 2,6%. Sedangkan proyeksi pemerintah, pertumbuhan ekonomi Rusia bakal menyusut 2,2% pada periode Januari-Maret 2015. Bank European Bank for Reconstruction and Development meramal perekonomian Rusia akan berkontraksi 4,5% sepanjang 2015 dan minus 1,8% pada 2016. Supaya lepas dari ancaman krisis, Pemerintah Rusia telah meluncurkan paket stimulus dan memangkas tingkat suku bunga acuan selama tiga bulan berturut-turut. "Pasar keuangan membaik lebih cepat tapi sektor riil sedikit berputar," ujar Olga Laphsina, Kepala Penelitian Bank Saint Petersburg seperti dikutip
Bloomberg. Rusia masih harus berhati-hati dengan ancaman penurunan ekonomi di kuartal kedua. Vladimir Miklashevsky, Ahli Strategi Danske Bank A/S di Helsinki memprediksi, PDB Rusia di sepanjang tahun ini akan merosot paling tajam pada kuartal kedua ini. "Sebab konsumsi swasta masih di bawah nol," kata Miklashevsky. Senada, Craig Botham, ekonom Schroders mengatakan, kontraksi ekonomi Rusia akan terus berlanjut pada sisa akhir tahun ini karena efek kebijakan fiskal dan moneter masih belum terasa. "Meskipun lebih baik dari yang diharapkan, namun tetap saja penurunan ini masih menyakitkan bagi perekonomian," jelas Botham seperti dikutip
BBC. Cadangan devisa
Perekonomian Rusia memburuk setelah penurunan harga minyak dan sanksi atas konflik Ukraina. Pelemahan nilai tukar rubel terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) juga menyeret ekonomi Rusia ke tingkat paling bawah sejak krisis tahun 1998. Selama periode 52 minggu, rubel telah melemah hingga 30% terhadap dollar AS. Dalam rangka mengangkat nilai rubel, Rusia telah menghabiskan cadangan devisanya. Tak tanggung-tanggung, Rusia telah menggunakan cadangan devisa hingga US$ 90 miliar guna mendongkrak rubel. Untuk mengembalikan jumlah cadangan devisa, Bank Sentral Rusia telah membeli mata uang senilai US$ 181 juta. Para pejabat bank sentral menyatakan akan membeli mata uang antara US$ 100 hingga US$ 200 juta per hari untuk mengisi cadangan devisa. Pembelian akan dilakukan selama hari perdagangan dan volumenya disesuaikan untuk meminimalkan dampak nilai tukar. Setelah jatuh, dari awal tahun hingga saat ini, rubel termasuk mata uang terbaik ketimbang dengan mata uang lainnya. Nilai tukar rubel menguat 21% terhadap dollar AS sejak awal 2015. Sementara, surat utang alias obligasi Rusia, kembali pulih, terbaik diantara 32 negara yang disurvei oleh
Bloomberg.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie