Rusmawati, pendiri sanggar belajar bagi anak nelayan



Kemiskinan yang menimpa sebagian warga sepanjang wilayah pesisir pantai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, mengakibatkan banyak anak usia sekolah gagal memperoleh pendidikan. Resah melihat kondisi ini, Rusmawati pun berinisiatif mendirikan sanggar sebagai tempat anak-anak pesisir itu menuntut ilmu.Keinginan seseorang untuk melakukan perbaikan, sering datang setelah melihat kondisi lingkungan sekitarnya yang memprihatinkan. Sulitnya kehidupan masyarakat di pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, menyentuh hati Rusmawati. Bertahun-tahun ia menghabiskan waktunya untuk mendidik anak-anak pesisir di sanggar miliknya. Sebagai orang yang lahir dan tumbuh di Serdang Bedagai, Rusmawati ingin mengubah kehidupan masyarakat pesisir menjadi lebih baik. Itulah sebabnya, pada 2003, ia mendirikan sanggar belajar yang fokus pada pendidikan setingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Seiring berjalannya waktu, kini, ia telah memiliki sembilan sanggar. Sekitar 800 anak sudah pernah menikmati pendidikan di sanggar ini. Selain memberi pendidikan pada anak-anak sekolah, Rusmawati juga mengasuh 18 perempuan berumur kurang dari 20 tahun untuk menjadi pengajar. "Mayoritas mereka tamatan SLTP dan SLTA yang tidak bisa meneruskan pendidikan," ujarnya. Ia memberi arahan pada kaum muda ini tentang teknik mengajar yang benar tiap seminggu sekali. Sedangkan, kegiatan belajar sambil bermain untuk anak-anak pesisir dilakukannya tiap hari, kecuali Sabtu.Untuk mendukung kegiatan sosial ini, Rusmawati mengambil keuntungan dari usaha pembuatan batu bata yang dia lakukan bersama sang suami. "Usaha ini lumayan mendukung aktivitas sosial saya," ujarnya. Tak lupa, Rusmawati juga mengajak guru-guru muda itu dalam usaha ini. Ia memasarkan produknya di sekitar Sumatra Utara. Dalam menjalankan kegiatan sosial ini, Rusmawati mengaku menghadapi banyak kesulitan. Salah satunya, minimnya perhatian dari pemerintah setempat. "Padahal seharusnya tanggungjawab utama penyelenggaraan pendidikan anak adalah pemerintah," tegasnya. Namun, minimnya dana tak membuat Rusmawati berkecil hati. Lewat keanggotaan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serikat Perempuan Petani dan Nelayan, ia berhasil menarik perhatian American Jewish World Service, sebuah LSM Yahudi Amerika yang fokus memberikan bantuan kepada anak-anak kecil di seluruh dunia. "Bantuan dana itu berlangsung mulai dari tahun 2007 hingga 2011," ujarnya. Namun Rusmawati menolak mengungkapkan berapa besar bantuan tersebut.Perhatian dari pemerintah daerah baru datang, setelah ia aktif mempromosikan sanggar pendidikan di Jakarta. "Itu pun belum ada bantuan nyata," ujarnya.Kendala lainnya adalah memberikan pengertian kepada orang tua dari para pengajar anak-anak pesisir. Karena mayoritas adalah perempuan, mereka sering diminta segera menikah. Maklum, budaya setempat cenderung menikahkan anak-anak di usia muda. "Kalau mereka sudah menikah nantinya yang lebih dominan mengatur adalah suaminya sehingga ruang gerak para guru ini terhambat," ujar Rusmawati.Rusmawati sendiri sebenarnya sempat kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam di Deli Serdang jurusan Ilmu Peradilan pada tahun 1994. Sayang, ia tak menyelesaikan kuliahnya.Saat ini, ia mengambil kuliah jarak jauh di Universitas Terbuka mengambil S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. Berkat usaha membangun kaum lemah, Rusmawati diganjar Penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi