Rute Domestik Dinilai Masih Menopang Pemulihan Sektor Penerbangan



KONTAN.CO.ID - Medan. Lalu lintas penerbangan di bandara-bandara PT Angkasa Pura II (Persero) terus berangsur pulih sejalan dengan terkendalinya situasi pandemi Covid-19. AP II mencatat kondisi sektor penerbangan pada tahun ini lebih baik dibandingkan dengan Maret-Desember 2020 dan Januari-Desember 2021.

Pengamat Industri Penerbangan Alvin Lie mengiyakan bahwa memang industri penerbangan Tanah Air sudah mulai menunjukkan pemulihannya pada tahun 2022 ini. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, trafik penerbangan selama 2022 ini sudah jauh membaik. 

Meski begitu, Alvin menilai bahwa kondisi sektor penerbangan di tahun ini belum kembali normal ke masa pre-Covid-19, pada tahun 2018-2019. Bahkan, realisasinya masih cukup jauh dari kondisi sebelum pandemi korona menyerang. 


"Saya garisbawahi baru mulai pulih karena kalau dibandingkan 2021, memang peningkatannya signifikan, tapi kalau kita bandingkan ke tahun 2018-2019 itu masih agak jauh. Jadi masih ada ruang untuk peningkatan," ujar Alvin, ketika ditemui di Medan Sumatera Utara, pada Selasa (20/9). 

Baca Juga: Tambah Armada Hingga Buka Rute Baru, Begini Rencana Lion Air Group pada Tahun 2022

Menurut Alvin, pertumbuhan kinerja industri penerbangan di tahun ini masih ditopang oleh peningkatan pada trafik di rute-rute domestik. Sementara untuk rute internasional kondisinya masih tertatih-tatih karena terhambat oleh kebijakan-kebijakan tertentu yang ditetapkan oleh sejumlah negara. 

"Karena memang masih banyak peraturan, seperti kewajiban vaksinasi dan lain-lain, walaupun secara bertahap mulai membuka diri negara-negara lain itu," kata dia. 

Meski mulai menunjukkan pemulihan, industri penerbangan di Indonesia masih dideri oleh banyak tantangan. Terutama terkait lonjakan harga avtur, yang membuat harga tiket pesawat ikut meningkat. 

Namun demikian, kenaikan harga BBM subsidi sejak beberapa waktu lalu dinilai Alvin turut menolong industri penerbangan yang sedang didera tantangan kenaikan harga avtur. Menurut dia, naiknya biaya transportasi darat sebagai akibat dari kenaikan harga BBM, justru membuat transportasi udara kembali menjadi alternatif yang cukup menarik, terutama untuk rute-rute trans Jawa.  

"Sebelum kenaikan harga BBM, disparitas antara transportasi darat dan transportasi udara cukup besar. Sekarang harga BBM baik, trans Jawa pun menjadi mahal, apalagi kalau hanya pergi satu orang saja itu lebih murah naik pesawat daripada bawa mobil sendiri, tarif tol kan naik juga," ungkap Alvin.

Baca Juga: Targetkan Rute Penerbangan ke India, Bandara Kualanamu ingin jadi Hub Internasional

Namun lagi-lagi, kenaikan harga BBM ini juga harus jadi perhatian para pelaku di industri penerbangan. Sebab dikhawatirkan dapat menurunkan daya beli masyarakat, sehingga mereka akan mengurangi biaya perjalanan yang tidak mendesak, atau juga menunda sementara waktu rencana untuk bepergian jauh. 

"Kenaikan harga BBM ini juga mendorong harga barang-barang lain naik. Sehingga daya beli masyarakat ini dikhawatirkan, karena pendapatan kan belum naik, tapi ongkos-ongkos naik. Yang dikurangi adalah biaya perjalanan tidak mendesak, tidak bepergian. Jadi itu tantangannya di sana," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi