Saat aksi Trump yang meledak-ledak jadi gunjingan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perilaku Trump yang kerap meledak-ledak dalam menanggapi sesuatu hal menjadi perhatian serius di Amerika Serikat. Dikabarkan, banyak teman dekat dan tim penasihatnya mulai tidak tahan dengan aksi Trump. Gabriel Sherman, jurnalis vanityfair.com, juga sempat membahasnya hal ini dalam kolom yang dibuatnya pada Rabu (11/10) kemarin.

Awalnya, eskalasi perang di Twitter memang terdengar seperti hiperbola. Tapi makin ke sini semakin jelas bahwa maksud dari wawancara Bob Corker dengan New York Times. Pada wawancara tersebut diceritakan senator Partai Republik tersebut menggambarkan Gedung Putih sebagai "tempat penitipan anak dewasa" dan memperingatkan Trump dapat memulai Perang Dunia III. Ini merupakan titik balik dalam kepresidenan Trump.

Pasalnya, pernyataan tersebut menjelaskan ke publik mengenai pendapat sejumlah orang yang dekat dengan presiden mengenai apa yang terjadi di ruang pribadi: bahwa Trump "tidak stabil", "kehilangan langkah", dan "meledak-ledak".


Percakapan antar beberapa orang lama kepercayaan presiden, muncul bersamaan dengan bocornya karakter sang Presiden di Gedung Putih. Hal ini memicu kekhawatiran yang baru.

NBC News menerbitkan sebuah laporan bahwa Trump mengejutkan tim keamanan nasionalnya saat dia meminta peningkatan hampir sepuluh kali lipat di gudang senjata nuklir negara itu dalam sebuah briefing pada musim panas ini. Seorang penasihat Trump mengkonfirmasi, setelah pertemuan tersebut dibubarkan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyebut Trump sebagai "orang tolol".

Diberitakan pula, banyak dari anggota Partai Republik dan tim penasihat Trump menggambarkan Gedung Putih saat ini tengah mengalami krisis. Pasalnya, tim penasihat tengah berjibaku untuk mengatasi sang presiden yang sering tidak fokus dan sering berada dalam kondisi tidak mood.

Berdasarkan penuturan dua orang sumber di Gedung Putih, Trump pernah mengeluh kepada kepala keamanan Gedung Putih, Keith Schiller. "Saya benci dengan semua orang di Gedung Putih! Ada beberapa pengecualian, tapi saya membenci mereka!" Namun hal tersebut dibantah oleh pejabat Gedung Putih.

Dua pejabat senior Republik mengatakan Kepala Staf John Kelly merasa sangat tersiksa dengan pekerjaannya dan masih tetap bertahan untuk mencegah Trump membuat keputusan yang merusak.

Saat ini, spekulasi mengenai masa depan Kelly kian memuncak setelah Politico memberitakan bahwa deputi Kelly Kirstjen Nielsen akan ditunjuk sebagai Sekretaris Keamanan Dalam Negeri.

Salah seorang mantan pejabat Gedung Putih bahkan berspekulasi bahwa Kelly dan Menteri Pertahanan AS James Mattis telah mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan jika Trump memerintahkan serangan nuklir terlebih dulu. "Apakah mereka bisa mencegahnya?" kata sumber tersebut.

Bahkan, pendukung setia Trump mulai menunjukkan tanda-tanda keberpalingan. Melansir Washington Post, teman lama Trump Tom Barrack mengatakan dia sangat shock dan terpaku dengan perilaku Trump.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie