KONTAN.CO.ID - PROBOLINGGO. Pembangunan jalan tol Probolinggo-Banyuwangi sebagai poros akhir jaringan tol Trans Jawa menghadirkan optimisme baru bagi wilayah sekitarnya. Konektivitas antarkota yang semakin mudah diharapkan akan membawa dampak positif, termasuk peningkatan ekonomi daerah. Namun, di balik optimisme tersebut, terdapat kisah para pelaku usaha lokal yang harus menghadapi tantangan baru. Salah satu yang terkena imbas adalah sentra kuliner ikan asap di Desa Taman Sari, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.
Baca Juga: Surga Buah Mangga dengan Potensi Bisnis Menjanjikan Hingga Pasar Ekspor Di sana, penjaja kuliner ikan asap seperti Juhairiah, yang akrab dipanggil Bu Ju, merasakan dampak negatif dari pembangunan tol tersebut. Sejak tahun 2019, Bu Ju telah menjajakan ikan asap di lapaknya dan berhasil meraup omzet yang signifikan. "Sehari bisa jual 5 kwintal ikan. Bahkan, kalau penjual ikan lain di sekitar sentra belum habis, saya borong habis," ungkapnya. Namun, situasi berubah drastis sejak proyek tol Probolinggo-Banyuwangi dimulai. Kehadiran tol yang diharapkan membawa arus lalu lintas lebih lancar, ternyata mengurangi jumlah pengunjung yang biasanya mampir ke lapak-lapak ikan asap di Desa Taman Sari. "Wah turun sekali, dari Rp 8 juta, sekarang bisa Rp 1 juta saja. Yang sebelumnya habis 5 kwintal ikan jadi 1 kwintal saja," cerita Bu Ju dengan nada prihatin.
Baca Juga: Karpet Merah Wisatawan Global Mulai Terhampar ke Probolinggo Pembangunan tol Probolinggo-Banyuwangi yang masih berjalan ini dibagi menjadi tiga seksi dengan target penyelesaian yang berbeda. Seksi 1 Gending-Kraksaan diharapkan selesai pada akhir 2024, Seksi 2 Kraksaan-Paiton pada awal 2025, dan Seksi 3 Paiton-Besuki pada akhir 2025. Meskipun pembangunan tol ini membawa harapan bagi konektivitas yang lebih baik, dampaknya terhadap usaha lokal seperti sentra ikan asap menjadi tantangan tersendiri. Dampak dari penurunan omzet membuat Bu Ju harus mengambil keputusan sulit. Dari sebelumnya memiliki 10 orang pegawai, kini ia hanya mampu mempekerjakan 4 orang saja. Keadaan ini memaksa Bu Ju untuk mencari solusi alternatif demi kelangsungan usahanya. Salah satu harapannya adalah mendapatkan kesempatan berjualan di rest area tol Probolinggo-Banyuwangi yang sedang dibangun. "Inginnya nanti disediakan tempat jualan di rest area," harap Bu Ju.
Baca Juga: Tol Probolinggo-Banyuwangi Jadi Akses Masyarakat ke Ujung Timur Pulau Jawa Kisah Bu Ju dan sentra kuliner ikan asap di Desa Taman Sari mencerminkan tantangan yang dihadapi pelaku usaha lokal akibat pembangunan infrastruktur besar. Meskipun jalan tol Probolinggo-Banyuwangi diharapkan membawa dampak positif jangka panjang, dukungan dan perhatian terhadap usaha-usaha lokal sangat diperlukan. Optimisme pembangunan infrastruktur harus diiringi dengan langkah-langkah untuk memastikan pelaku usaha kecil tetap dapat bertahan dan berkembang di tengah perubahan yang terjadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Jane Aprilyani