Saat IHSG terkoreksi, reksadana Pinnacle Indonesia Sharia Equity Fund tumbuh 9%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja resakdana Pinnacle Indonesia Sharia Equity Fund berhasil unggul di tengah pasar saham yang terkoreksi.

Berdasarkan data Infovesta Utama, per akhir November 2019, reksadana milik Pinnacle Asset Management tersebut tumbuh 9,42% secara bulanan. Sebagai perbandingan, kinerja rata-rata reksadana saham justru turun 7,23% di periode yang sama. Kompak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun 3,48%.

Baca Juga: Reksadana Saham Terpuruk, Pendapatan Tetap Jadi Jawara premium


Indra M. Firmansyah, Director & Head of Investment Pinnacle Investment mengatakan, kunci pemilihan saham yang membawa imbal hasil tinggi adalah dengan mempertimbangkan faktor valuasi, momentum, kualitas dan volatilias.

"Tidak ada kategori atau sektor khusus, saham yang kami pilih bisa dari beragam kategori, baik big caps, blue chips, middle caps, hanya saja memang harus masuk dalam empat faktor kami," kata Indra, Senin (2/12).

Untuk pengelolaan aset saham, Indra mengatakan, memakai cara sistematis, berupa jadwal rebalancing yang tetap untuk masing-masing produk reksadana. Jadwal rebalancing bisa tiap bulan untuk produk reksadana aktif dan ada yang tiap kuartal untuk produk reksadana dengan strategi semi aktif.

"Ada juga yang tiap semi-annual untuk reksadana dengan strategi pasif," kata Indra.

Baca Juga: Minna Padi Jualan, Transaksi Big Caps Naik premium

Berbadasarkan fund fact sheet per Oktober 2019, reksadana ini menitikberatkan porsi di sektor properti sebanyak 47,34%. Sekitar, 23,62% aset di taruh pada sektor pertambangan. Dengan porsi yang mirip, reksadana ini juga menarih 20,73% aset ke sektor perdagangan. Sementara, sektor konsumer mendapat porsi 5,60%.

Sementara, porsi kas dijaga di besaran 2,68% dari total dana kelolana yang sebesar Rp 109,91 miliar.

Ada pun lima saham dengan kepemilikan terbesar oleh reksadana ini jatuh pada PT Atlas Resources Tbk (ARII), PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Goldern Energy Mines Tbk (GEMS), dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat