Saat ini, cash is the king



Potensi melemahnya rupiah masih membayangi pasar finansial. Di saat yang sama, kita memasuki tahun politik. Hal tersebut kian menambah ketidakpastian.
 
Dalam kondisi seperti itu, tak bisa dipungkiri untuk sementara waktu cash is the king. Lebih baik mengamankan investasi ke bentuk cash lebih dulu untuk sementara waktu, terutama jika masih ada ketidakpastian.
 
Hal tersebut berlaku secara umum, baik untuk individu dengan profil risiko jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang sekalipun. Yang jadi pembeda adalah soal jangka waktu keperluan dana masing-masing individu investor.
 
Misalnya, satu atau dua tahun lagi seseorang bakal butuh dana untuk membiayai anaknya yang akan masuk ke perguruan tinggi. Mau tidak mau, dia harus mencairkan investasinya.
 
Lain halnya jika sang anak masih di sekolah dasar. Kondisi seperti sekarang justru menjadi peluang berinvestasi mumpung harga instrumen investasinya sedang murah, dengan harapan keuntungan bisa berlipat ganda dan digunakan untuk membiayai kuliah anak kelak.
 
Namun, cash bukan satu-satunya raja. Instrumen investasi lain masih bisa menjadi alternatif demi menghadapi kondisi seperti saat ini. Instrumen tersebut tak lain adalah emas.
 
Emas masih menjadi favorit. Fluktuasi harganya rendah. Karakteristiknya yang merupakan aset safe haven sudah sangat melekat, bahkan kian berkilau dalam kondisi ketidakpastian.
 
Dari situ terlihat, kondisi sekarang setidaknya membuktikan satu teori dalam dunia investasi. Teori diversifikasi. Jangan pernah menaruh telur dalam satu keranjang. Jika keranjangnya jebol, telurnya bisa pecah semua. Lain halnya apabila ada minimal dua keranjang telur. Jika salah satu keranjang jebol, telur lain di keranjang lainnya masih bisa terselamatkan.
 
Selayaknya teori tersebut, maka jangan letakkan investasi di satu instrumen yang sama. Sehingga, ketika performa investasi tersebut loyo, masih ada aset di instrumen lain yang menguntungkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi