KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asing masih gemar melakukan
net sell dari pasar saham. Sepekan terakhir, investor asing mencatatkan penjualan bersih (
net sell) sebesar Rp 9,31 triliun di seluruh pasar per Kamis (18/4). Dibandingkan sehari sebelumnya,
net sell asing mencapai Rp 723,71 miliar. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai, tekanan jual terhadap saham-saham tersebut masih akan berlanjut selama ketegangan geopolitik masih tinggi. "Tekanan jual ini terjadi sampai ketegangan politik mereda dan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menurunkan suku bunga," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (18/4).
Di tengah kondisi ini, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menilai masih ada potensi
upside sekitar 10%-15% untuk sejumlah saham perbankan, seperti BMRI, BBCA, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Menurutnya, saat rupiah menguat, saham perbankan berpotensi berbalik arah. Menurut Budi, saat ini, investor bisa mencemati saham-saham yang memiliki bisnis ekspor. Selain itu, emiten tambang emas juga masih akan terangkat sentimen positif dari kenaikan harga komoditas. "Investor silakan lakukan
rebalancing portofolio," katanya.
Baca Juga: Rupiah Digencet Perang & Arus Keluar Dana Asing Nah, di tengah net sell ada saham yang justru kebanjiran dana asing dalam sebulan terakhir. Salah satunya PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Tercatat sejak 18 Maret hingga 17 April 2024, total net buy asing di saham GOTO mencapai Rp 281 miliar. Aliran masuk dana asing tersebut termasuk paling besar dibandingkan emiten penghuni papan ekonomi baru lain. Data perdagangan mencatat, untuk periode 1-5 April 2024 asing
net buy GOTO Rp 116 miliar. Masih menjadi net buy asing terbesar jika dibandingkan dengan emiten saham sektor teknologi lainnya di Tanah Air. Memang, harga saham GOTO saat ini sedang tertekan. Masuknya dana asing ke saham GOTO tersebut disinyalir kuat juga menjadi pertanda optimisme pelaku pasar menyambut daya saing GOTO. Pelaku pasar juga bertaruh pada kinerja GOTO kuartal I-2024, pendapatan rutin dari Shop Tokopedia sudah mulai dibukukan dan dekonsolidasi beban operasional Tokopedia
Analis Citi Ferry Wong dan Ryan Davis menulis kolaborasi antara TikTok dan Tokopedia akan berdampak pada kemampuan bersaing di sektor
e-commerce. Ia memprediksi, TikTok Shop-Tokopedia -kemungkinan bernama Shop Tokopedia- berpotensi menjadi pemimpin pangsa pasar dengan pertumbuhan sangat pesat. Bahana Sekuritas dalam laporan riset turut menyinggung daya saing GOTO tersebut. Adanya kenaikan biaya komisi dari Tokopedia dan TikTok Shop akan mengirimkan sinyal positif kepada pemain lama lainnya seperti Shopee, Bukalapak, dan Blibli. "Kami percaya lanskap persaingan
e-commerce di Asia Tenggara menjadi lebih rasional karena para pemain utama lebih fokus pada profitabilitas," tulis riset tersebut. Bahana Sekuritas memprediksi bagi hasil dari entitas gabungan sebesar Rp 880 miliar pada tahun 2024. Ini di atas panduan perusahaan sebesar Rp 700 miliar, didorong oleh tingkat komisi yang baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian