Saat OPEC Mengiris Produksi Minyak, China Justru Menggenjotnya



SHANGHAI. China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan meningkatkan produksi minyak mentahnya sebesar 1,2% menjadi 189 juta metrik ton tahun ini, atau 3,78 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh perusahaan minyak terbesar di China. Produksi bensin kemungkinan akan melonjak sebesar 14% menjadi 76 miliar kubik meter. Angka ini dibeberkan oleh China National Petroleum Corp., induk perusahaan Hong Kong-listed PetroChina Co., melalui situsnya. Asal tahu saja, produksi tahunan minyak mentah China tumbuh rata-rata 2,04% sepanjang 30 tahun terakhir ini, sementara produksi bensinya juga menggemuk sebesar 5,74%.

Upaya China meningkatkan produksi minyaknya ini berseberangan dengan langkah OPEC yang pada 17 Desember lalu sudah sepakat untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 2,2 juta barel per hari per 1 Januari 2009. Pengguntingan kali ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan OPEC dalam tiga bulan terakhir ini. Dus, total sejak September lalu, OPEC sepakat untuk mengurangi produksinya sebanyak 4,2 juta barel per hari, atau hampir 12% dari kapasitas yang mereka biasa produksi saban harinya.

Kemarin, bank sentral China, Peoples Bank of China telah menyusutkan ongkos pinjaman untuk yang kelima kalinya dalam tiga bulan ini setelah perdagangan kolaps terkena imbas krisis resesi dari AS, Eropa dan Jepang. Tingkat suku bunga pinjaman menciut sebesar 0,27% menjadi 5,31% dan tingkat suku bunga deposit dengan nilai yang sama menjadi 2,25%. Di negeri Sakura, bulan lalu impor minyak mentah Jepang terjungkal 17% menjadi 3,71 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh menteri keuangan Jepang, kemarin. Tak beda jauh dengan Korea Selatan. Menurut Korea National Oil Corp., permintaan minyak di negeri ginseng itu juga menciut 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Untuk catatan, Jepang merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah AS dan Jerman. Sedangkan Korsel adalah importir terbesar kelima di dunia. "Angka-angka dari Korea dan Jepang ini mencuat begitu saja, dan keduanya seperti memaku di peti minyak," kata Mark Pervan at Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Melbourne. Minyak mentah untuk pengiriman Februari menyusut sebesar 61 sen, atau 1,5% menjadi US$ 39,30 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak hari ini telah terperosok 73% dari rekor tertingginya US$ 147,27 pada bulan Juli lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: