Saat Pandemi Kian Parah, Rusia Dituduh Curi Informasi Vaksin oleh Sejumlah Negara



KONTAN.CO.ID - DW. Pandemi COVID-19 dilaporkan telah membunuh lebih dari 588 ribu jiwa, menginfeksi lebih dari 13,7 juta orang dan melumpuhkan ekonomi global sejak kemunculannya di akhir tahun lalu. Dan kini harapan dunia telah beralih ke penemuan vaksin untuk mengakhiri pandemi.

Kabar positif terbaru muncul dari media Inggris yang melaporkan pada Kamis (16/07) bahwa uji coba yang dilakukan oleh Universitas Oxford menunjukkan bahwa vaksin prototipe yang diuji telah menghasilkan kekebalan terhadap COVID-19.

Tetapi beberapa jam setelah itu, Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris mengatakan bahwa kelompok peretasan yang dikenal dengan sebutan APT29 telah menargetkan laboratorium-laboratorium Inggris yang melakukan pengembangan vaksin untuk “mencuri kekayaan intelektual yang berharga”.


Lembaga keamanan siber itu mengatakan “hampir pasti (95%+) bahwa APT29 merupakan bagian dari Badan Intelijen Rusia” dan mereka menargetkan para peneliti “sangat mungkin (80-90%)” untuk “mengumpulkan informasi tentang penelitian vaksin COVID-19.”

Melalui pernyataan resmi, AS, Inggris, dan Kanada sama-sama menuduh Rusia.

Rusia di sisi lain membantah keterlibatannya, dengan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan: “Rusia tidak ada hubungannya dengan upaya ini.”

Brasil dan AS, dua negara terparah

Tuduhan pencurian informasi mengenai vaksin ini muncul di saat jumlah korban COVID-19 di dua negara paling parah kian melonjak, Brasil dan AS.

Pada kamis (16/07), kedua negara alami penambahan kasus luar biasa. Brasil melonjak hingga tembus 2 juta kasus infeksi dan AS menambahkan lebih dari 68 ribu kasus dalam waktu 24 jam, rekor harian baru di negara itu.

Para ahli mengatakan beban kasus yang dilaporkan di Brasil, rumah bagi sekitar 209 juta orang, sejatinya bisa 10 kali lipat lebih banyak. Sementara, jumlah kematian bisa dua kali lipat lebih banyak dari angka resmi yang dilaporkan, 76 ribu kematian.

Sama halnya dengan AS, Brasil yang merupakan ekonomi terbesar Amerika Latin dipimpin oleh seorang pemimpin populis, Jair Bolsonaro, yang telah meremehkan virus corona dan mengkritik langkah pembatasan. Bolsonaro sendiri dinyatakan positif COVID-19 pekan lalu.

Meski sejatinya angka kasusnya sudah sangat suram, Brasil masih berada di belakang AS, yang sampai sejauh ini telah mencatat kematian dan infeksi terbanyak, yaitu 138.301 kematian dari total 3.560.364 kasus.

Ditunggangi kepentingan politik?

Sementara itu, Florida jadi episentrum baru pandemi corona di AS. Isu di negara bagian ini tengah dimainkan secara nasional sebagai medan pertempuran utama oleh para partisan terkait pembukaan kembali sekolah-sekolah di musim gugur.

Sementara kota-kota seperti Houston, Los Angles, dan New York berencana untuk memulai tahun ajaran secara virtual atau secara terbatas, Gubernur Florida Ron DeSantis justru bersikeras sekolah dibuka kembali sepenuhnya pada bulan Agustus.

Tuntutan gubernur dari Partai Republik itu disebut mencerminkan keinginan Presiden AS, Donald Trump, yang akan menghadapi pemilu sulit pada bulan November mendatang. Trump disebut mendorong pembukaan sekolah sebagai tanda bahwa situasi telah normal kembali.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti