MIAMI. Terharu. Inilah yang dirasakan Emelina Guerra saat dia pertama kali memasuki sebuah supermarket di Miami. Rak supermarket tersebut dipenuhi banyak makanan. Ini merupakan pemandangan yang langka di negara asalnya, Venezuela, dalam lima tahun terakhir. "Saya sangat merasa emosional karena saya menyadari keluarga saya berada di sini dan akhirnya kami memiliki semuanya," kata Guerra sambil menghapus air matanya. Pemandangan tersebut membuatnya merasa bersyukur sudah berada di Amerika Serikat, namun tetap sedih mengingat orangtuanya di Venezuela.
Guerra, 32 tahun, terbang keluar dari Caracas sekitar dua tahun lalu dengan anaknya Jesus (2 tahun) dan suaminya Miguel Arredondo. Mereka menghindari meningkatnya aksi kekerasan di negara tersebut akibat
chaos politik dan kian minimnya bahan pangan. Guerra saat ini mempertimbangkan untuk mengajukan
asylum, yakni hak untuk memberi kesempatan kepada suatu negara dalam memberikan perlindungan kepada warga negara asing yang melarikan diri. Dia meyakini,
asylum merupakan opsi terbaik untuk bisa tinggal di AS. Jika dia mengajukannya, maka dia akan mengikuti tren yang terjadi saat ini, di mana warga Venezuela merupakan pencari
asylum tertinggi di AS saat ini, melampaui China, Mexico, Guatemala, dan El Salvador. Ini merupakan kali pertama Venezuela berada di peringkat teratas. Guerra yang merupakan lulusan universitas, memilih meninggalkan pekerjaan kelas menengah di kantor pemerintahan anggaran komunikasi Venezuela. Dia tiba di AS hanya dengan beberapa tas, sejumlah mainan untuk Jesus, dan tabungan sekadarnya yang merupakan hasil penjualan mobil mereka di Caracas. Saat ini, dia dan suami masih masih pengangguran di Florida, tidak mampu bekerja hingga mereka mendapatkan visa jangka panjang. Visa mereka saat ini adalah visa turis. Berdasarkan catatan
MoneyCNN, lebih dari 14.700 warga Venezuela mencari asylum di tahun fiskal 2016. Jumlah tersebut naik 160% jika dibandingkan 2015, yakni sebanyak 5.605 warga Venezuela yang mengajukan asylum. Dan, menjelang pertengahan tahun fiskal ini, jumlahnya kembali naik dua kali lipat. Data imigrasi AS menunjukkan, satu dari lima pengajuan
asylum di tahun fiskal ini adalah warga Venezuela. Warga Venezuela memang banyak yang memilih hengkang dari negaranya karena
chaos yang kian meningkat. Bahan makanan dan obat-obatan kian minim, dan aksi protes terhadap Presiden Nicolas Maduro sudah memasuki bulan ketiga yang menewaskan hampir 50 korban. Sebuah tank polisi menabrak massa kerumunan dan satu orang pengunjuk rasa pada akhir pekan lalu dibakar hidup-hidup saat aksi unjuk rasa berlangsung.
Presiden AS Donald Trump ikut berkomentar atas krisis yang terjadi. "Apa yang terjadi benar-benar pelanggaran atas kemanusiaan," kata Trump di Gedung Putih. Krisis yang terjadi di Venezuela berawal dari kolapsnya perekonomian. IMF mengatakan, tingkat pengangguran di negara tersebut diprediksi akan mencapai 25% pada tahun ini. Sedangkan tingkat inflasi akan meroket melampaui 1.100%. Selain AS, sejumlah negara lain yang menjadi tujuan warga Venezuela adalah Spanyol, Kolombia, Brazil, dan Argentina.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie