Saat saham Grup Bakrie bangun dari tidur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham Bakrie bangun dari tidur! Beberapa saham Grup Bakrie, di antaranya saham BUMI, BRMS dan ENRG, bergerak naik beberapa hari terakhir. Bahkan harganya sempat mencapai batas auto reject atas (ARA).

Kenaikan saham Bakrie tersebut terjadi karena menguatnya harga komoditas. BUMI adalah perusahaan yang memiliki tambang batubara.

Kontribusi penjualan batubara mencapai 99% dari total pendapatan BUMI. Karena itu, penguatan harga batubara menjadi katalis positif bagi BUMI. Ekspektasinya, kinerja BUMI akan meningkat. 


Harga batubara global sudah naik 80% sejak harga terendah di bulan September 2020, Mencapai level US$ 87,30 per ton. Kenaikan harga batubara didorong oleh permintaan dari China, sebagai importir terbesar.

Maklum, kegiatan manufaktur di China sudah bangkit, terlihat dari PMI yang sudah di atas 50, alias sudah kembali ekspansi. Aktifnya industri manufaktur China akan meningkatkan kebutuhan listrik, sehingga meningkatkan permintaan batubara. 

Saham BRMS dan ENRG juga menguat terdorong kenaikan harga komoditas. BRMS yang memiliki produk tambang metal terdorong oleh kenaikan harga emas, nikel dan zinc. ENRG sebagai penambang migas juga terdorong sentimen pulihnya harga minyak dan gas.

Berikut ulasan mengenai prospek saham-saham Grup Bakrie tersebut.

BUMI

Secara fundamental, pendapatan BUMI turun 22% YoY di kuartal tiga 2020. Penurunan pendapatan terjadi karena penurunan penjualan batubara sebesar 21,8%.

Penurunan pendapatan membuat BUMI mencatatkan rugi US$ 137 juta, turun 263% YoY di kuartal tiga 2020. Faktor lain, beban bunga BUMI juga meningkat 30,7% YoY.

Di sisi lain, rasio utang dibanding ekuitas (DER) mencapai 7,0 kali, naik dari posisi di kuartal III-2019 sebesar 6,3 kali. PBV BUMI saat ini -1.47 kali akibat keuangan BUMI yang masih mencatatkan kerugian.

Secara teknikal, tren saham BUMI sudah mulai naik. Saat ini support BUMI di Rp 85. Risiko volatilitas masih sangat tinggi, jadi sebaiknya pemula berhati-hati.

BRMS

Secara fundamental, pendapatan BRMS naik21% dan laba naik 130%. Pendapatan naik didorong oleh segmen tambang dan jasa yang naik 28%. BRMS bisa mencetak laba fantastis karena faktor penghapusan utang. 

Rasio utang dibanding ekuitas (DER) BRMS sebesar 0,16 kali, yang artinya cukup rendah. PBV BRMS saat ini 0,52 kali, lebih tinggi dibanding PBV rata-rata 0,34 kali. Jadi saham belum bisa dibilang murah atau undervalue.

Secara teknikal, BRMS sudah memulai tren naik, support ada di level 91. Namun risiko volatilitas sangat tinggi, sehingga investor pemula mesti lebih waspada.

ENRG

Secara fundamental, pendapatan ENRG naik 25% dan laba naik 512%. Pendapatan ENRG didorong oleh penjualan segmen gas yang naik 11% YoY dan segmen minyak bumi yang naik 8%.

Laba bersih ENRG naik signifikan karena adanya penyelesaian utang jangka pendek dan panjang. Selain itu, penghasilan entitas anak lainnya juga naik. 

Rasio utang dibanding ekuitas (DER) ENRG mencapai 3,4 kali. Valuasi PBV ENRG saat ini 0,34 kali, lebih rendah dibanding PBV rata-rata yang sebesar 0,61 kali. Bisa dibilang, saham ini sedikit terdiskon. 

Secara teknikal, tren harga saham mulai naik, dengan support di 140 dan 128. Secara likuiditas, saham ini sudah lebih stabil dibanding sebelum Desember 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata