Saat Saham Superbank (SUPA) Cetak ARA, Saham Bank Digital Lain Malah Anjlok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kedatangan PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru menjadi mimpi buruk bagi saham bank digital lainnya. Pasalnya, mayoritas saham bank digital mengalami koreksi yang signifikan sepanjang pekan ini.

Seperti diketahui, SUPA baru melantai di bursa pada Rabu (17/12) yang lalu dan terus mengalami Auto Rejection Atas (ARA). Hal tersebut membuat harga SUPA sudah naik hingga 73,96% selama tiga hari berturut menjadi Rp 1.230 per saham.

Di sisi lain, kompetitornya yaitu PT Bank Jago Tbk (ARTO) dalam tren koreksi. Dalam sepekan ini, bank yang masuk dalam ekosistem Goto Grup ini turun 2% menjadi Rp 1.960 per saham.


Baca Juga: Bank bjb Syariah Tetap Optimistis Menjaga Kinerja hingga Akhir 2025

Ada juga PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang dalam sepekan ini mengalami koreksi 0,38% menjadi Rp 1.475 per saham. Namun, di perdagangan Jumat (19/12), BBHI ditutup naik 0,68% dari harga penutupan hari sebelumnya.

Contoh lain, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mengalami koreksi sejak SUPA melakukan IPO. Di mana, selama tiga hari berturut BBYB turun 18,3% menjadi Rp 482 per saham.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus bilang saat ini SUPA memang menjadi primadona. Alhasil, bukan tidak mungkin, pelaku pasar dan investor terpesona dengan potensi mengalami kenaikkan. 

Terlebih, Nico menyoroti harga SUPA yanh saat ini masih berada di harga Rp 1.230. Dengan para shareholder yang dimilikinya, kata Nico, hal ini memberikan sebuah gambaran besar akan ekosistem yang akan dibangun.

“Semua akan tergantung kepada pembuktian dari SUPA untuk membangun ekosistem yang dimiliki dan dampak yang diberikan,” ujar Nico.

Karena itu, Nico pun turut merekomendasikan SUPA untuk menjadi koleksi dalam jangka pendek. Ia juga masih menjagokan ARTO yang memang memiliki ekosistem besar.

Baca Juga: Bank Mega Syariah Raih Laba Sebelum Pajak Rp 174,46 Miliar, Optimis Capai Target RBB

Setali tiga uang, Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi sependapat bahwa faktor rebalancing portofolio dari pemain lama seperti ARTO dan BBYB. Di mana, hal tersebut dilakukan untuk ambil posisi di SUPA yang masih baru. “Pamor bank digital lain ga tenggelam permanen, tapi  sekarang pasar lagi selektif aja,” ujar Wafi.

Selain itu, ia melihat saat ini ada sentimen lain yang mempengaruhi harga saham bank digital yaitu skala prioritas pasar. Meski fundamental beberapa bank digital membaik dengan laba yang mulai positif, Wafi melihat pasar masih sensitif sama biaya dana (CoF) yang masih relatif tinggi dan pertumbuhan kredit yang mulai lambat.  “Investor lagi lihat apakah profitability ini bisa sustainable atau cuma efisiensi sesaat,” ujarnya.

Ke depan, ia melihat akan terjadi segmentasi di saham bank digital. Artinya,  tidak semua bank digital bergerak seirama lagi. Wafi menegaskan pasar bakal lebih menghargai bank yang punya ekosistem riil. “Saya prefer hold utk pemain besar dan wait and see buat yang ekosistemnya masih lemah. ARTO, BBYB, dan SUPA,” ujar Wafi.

Sementara itu, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer menyadari setelah SUPA melantai, saham bank digital lainya terlihat kurang menarik secara performa bahkan dalam tren koreksi.

Hanya saja, ia bilang hubungan antara fenomena tersebut masih minor. Meskipun SUPA dan yang sudah disebutkan bergerak dalam industri yang sama yaitu bank digital. Justru, ia melihat penyesuaian performa ini lebih banyak diakibatkan oleh penyesuaian liquidity flow ke saham saham besar dengan fundamental kuat.

Baca Juga: MSIG Indonesia Perluas Layanan Korporasi hingga Individu

“Ini juga selaras dengan seasonality di akhir tahun dimana dengan katalis window dressing biasanya saham saham berfundamental kuat cenderung di untuknya di periode ini,” jelasnya.

Selanjutnya: Isyarat QE The Fed Kembali Muncul, Kripto Bersiap Pulih Bertahap

Menarik Dibaca: Kenaikan Suku Bunga BoJ Guncang Pasar Kripto, Begini Saran bagi Investor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News