Saat Sri Mulyani Bicara Pemberantasan Korupsi yang Dianggap Sebagai Penyakit



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan korupsi merupakan mata rantai yang sangat penting untuk diberantas.

Tak hanya di Indonesia, dunia juga mendeklarasikan bahwa korupsi merupakan ancaman terbesar dalam upaya menciptakan dunia yang damai, adil dan sejahtera.

“Kita terus mencoba memiliki komitmen dalam rangka menguatkan tekad, karena korupsi merupakan suatu permasalahan penyakit yang harus terus menerus kita lawan,” tutur Sri Mulyani dalam Acara puncak Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) Kementerian Keuangan, Selasa (13/12).


Sri Mulyani melanjutkan, korupsi membuat tingkat kesenjangan masyarakat makin tinggi. Artinya, jurang perbedaan antara orang kaya dan miskin makin lebar, sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin sulit untuk mengubah nasibnya.

Baca Juga: KPK Keluhkan Hasil Audit BPK Tak Mampu Ungkap Kejahatan Korupsi

Menurutnya, kebanyakan yang melakukan korupsi adalah kelompok-kelompok orang besar yang memiliki kuasa politik, ekonomi, dan sosial. Mereka melakukan korupsi demi keuntungannya sendiri.

Sementara itu, mayoritas masyarakat miskin akan tetap miskin dan tidak ada yang memperhatikan nasib dan kesejahteraannya.

“Pasalnya, ada kelompok yang kaya dan kuasai politik, ekonomi, dan sosial, tapi masyarakat mayoritas hadapi kemiskinan,” jelasnya.

Baca Juga: KPK Usulkan Sejumlah Daerah Tak Gelar Pilkada Langsung, Ini Pertimbangannya

Adapun Sri Mulyani mengatakan, syarat negara bisa menjadi negara yang maju adalah dengan kinerja penanganan korupsinya, semakin banyak kasus korupsi yang di atasi, maka peluang untuk menjadi negara maju akan semakin mudah.

“Saya mungkin termasuk menjadi salah satu orang yang sudah pernah kunjungi lebih dari ratusan negara di dunia. Pengalaman itu memberikan saya perspektif luar biasa bagaimana tata kelola, pemberantasan korupsi, dan institution arrangement sangat menentukan kemajuan negara,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli