JAKARTA. Rezim bunga rendah berpotensi mendongkrak kinerja emiten yang memiliki utang rupiah dalam jumlah besar. Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) pada Maret nanti. Ini yang kemudian akan mempengaruhi suku bunga kredit perbankan.”Jika memang nanti ada keputusan bank menurunkan suku bunga kredit, ada potensi meringankan beban perusahaan," ujar analis Askap Futures, Kiswoyo Adi Joe. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Joseph Pangaribuan menambahkan, penurunan suku bunga kredit perbankan akan menurunkan biaya bunga atau cost of fund perusahaan yang akan masuk dalam beban usaha. Menurut Joseph, ketika bunga kredit turun, beban emiten juga cenderung berkurang ketika menerbitkan obligasi. "Dengan menawarkan bunga rendah, mungkin obligasi lebih menguntungkan daripada pinjaman bank," ujar dia.
Kiswoyo memperkirakan, sejumlah emiten yang memiliki rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) yang tinggi akan lebih merasakan keringanan beban bunga tersebut. Sebut saja antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Ketiga emiten ini mencatatkan DER di atas 3 kali. Mengacu data per akhir September 2011, PTPP memiliki DER sebesar 3,75 kali, ADHI sebanyak 5,5 kali, dan DOID mencapai 8,9 kali. Beban lebih ringan PTPP memiliki total ekuitas Rp 1,246 triliun. Namun, total kewajibannya mencapai Rp 4,620 triliun. Dari jumlah kewajiban itu, utang bank jangka pendek PTPP pada empat bank domestik dalam bentuk rupiah sebesar Rp 1,63 triliun setara 35% total kewajiban. Jika bunga kredit menyusut, maka beban bunga utang bank PTPP akan lebih ringan. Adapun ADHI, hingga akhir kuartal ketiga 2011 mencatatkan utang bank jangka pendek senilai Rp 739 miliar. Utang ini dalam bentuk rupiah, yang berasal dari lima bank domestik. Utang-utang itu dikenakan tingkat bunga per tahun di kisaran 9,75%-15,25% di 2011. Tingkat bunga ini meningkat dari 2010 yang hanya 4,25%-13,5%, yang berasal dari lima bank yang sama.