Saatnya memburu obligasi negara



JAKARTA. Harga obligasi negara semakin murah. Tekanan inflasi di bulan Juni serta kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) di bulan lalu membuat imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) meningkat. Ujungnya, harga SUN terus menurun.

Bahkan, Selasa lalu (9/7), seluruh harga SUN seri acuan di Indeks Inter Dealer Market Associaton (IDMA) kompak melemah ke level terendah sejak April 2011. Namun, kemarin (10/7), harga SUN acuan sedikit terangkat.    

Ambil contoh, harga SUN seri FR0063 bertenor 10 tahun, kemarin, bertengger di 85,37 atau sudah terdiskon 18,11% dari harga akhir tahun lalu. Sehari sebelumnya, SUN acuan ini harganya 84,50. Yield seri SUN ini tercatat 7,77%, tertinggi sejak April 2011.


Pun, harga SUN seri FR0065 bertenor 20 tahun juga terdiskon lumayan. Kemarin, harga SUN ini tercatat 83,75 dengan yield 8,31%. Dari akhir 2012, harga SUN acuan ini sudah melemah 21,12%.

Dus, mumpung harga rendah dan imbal hasil naik, jelas ini peluang empuk bagi investor membeli SUN. Naga-naganya pemodal asing sudah memanfaatkan koreksi harga ini untuk membeli SUN. Ini terlihat dari kepemilikan asing yang meningkat di awal bulan Juli ini (lihat infografik).

Hanya saja, analis menyarankan agar tak agresif memburu SUN. Pasar SUN diprediksi masih akan tertekan setidaknya hingga bulan Agustus nanti. Desmon Silitonga, analis obligasi Millenium Danatama Asset Management mengatakan, harga SUN memang sudah terdiskon cukup besar, namun investor tetap harus selektif. Tekanan inflasi tinggi di bulan Juli dan Agustus diprediksi masih akan terjadi. Ini membuat ketidakpastian di pasar obligasi masih tinggi.

Menurut Desmon, bulan September menjadi waktu yang pas masuk ke pasar obligasi. Saat itu, tekanan inflasi mengendur sehingga fluktuasi di pasar SUN mulai mereda.

Tapi, investor tetap bisa masuk sekarang, namun ia merekomendasikan untuk melakukan trading jangka pendek di seri-seri bertenor menengah dan panjang. Seri-seri yang bisa menjadi pilihan antara lain seri FR0063, FR0064, dan FR0065.    

Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelitianingsih menimpali, tekanan di pasar obligasi juga dialami negara lain. Namun, Indonesia mengalami koreksi cukup dalam karena kurs rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Yield SUN bertenor 10 tahun diperkirakan bisa sampai 8% dalam waktu dekat," ujar Lana.     

Maka itu, Direktur Emco Asset Management, Hans Kwee menuturkan, saat ini bukan saat yang tepat masuk ke SUN , lantaran peluang koreksi harga SUN masih terbuka. Apalagi, kalau BI rate kembali naik.    

Tapi, analis Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul bilang, ketimbang negara lain, yield SUN masih lebih seksi. Imbal hasil surat utang Thailand bertenor 10 tahun, semisal, cuma 3,69% "Itu yang membuat asing masih melirik SUN di pasar sekunder".          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini