Saatnya menakar peruntungan saham di 2014



JAKARTA. Perdagangan saham 2013 berakhir pada Senin (30/12) lalu. Hasilnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rapor merah alias tak menggembirakan. Pada penutupan perdagangan di pengujung tahun itu, IHSG minus 0,98% atau terperosok 42,51 poin.

Tercatat di papan bursa, di hari terakhir perdagangan 2013, IHSG bertengger di posisi 4.274,18 turun dibandingkan akhir tahun lalu yang ada di posisi 4.316,69. Walaupun IHSG secara keseluruhan turun, namun masih sejumlah saham yang berhasil bergerak positif sepanjang 2013.

10 Saham LQ 45 yang masuk daftar top gainers berasal dari saham sektor konstruksi, produk konsumen, perkebunan dan properti. Bisa dibilang, tak ada saham sektor keuangan dan pertambangan yang masuk dalam daftar 10 saham top gainers di 2013.


Sementara itu, saham sektor keuangan dan pertambangan lebih banyak mengisi daftar 10 saham top losers di 2013. (lihat tabel)

Kini, pelaku bursa mulai menatap dan mempersiapkan diri untuk perdagangan bursa di tahun 2014. Banyak persiapan tentu dilakukan, mengingat tahun 2014 masih diselimuti ketidakpastian yang berasal dari sentimen dari luar negeri maupun sentimen dari dalam negeri.

Sekadar mengingatkan, tahun 2013 IHSG sempat mencapai rekor baru di posisi 5.215, tepatnya pada 20 Mei 2013 lalu. Namun, posisi tersebut tak bisa bertahan lama, karena bursa didera dua sentimen utama yang menyeret indeks kembali terperosok.

Dua sentimen negatif utama yang menyeret bursa tahun 2013 itu adalah; pertama, adanya wacana pemangkasan stimulus oleh Federal Reserve (the Fed) yang disampaikan Ben Bernanke, Kepala The Fed di bulan Mei.

Walaupun saat itu baru sebatas wacana, adanya rencana pemangkasan stimulus berupa pengurangan dana pemeblian obligasi bulanan oleh The Fed itu diantisiaspi oleh investor. Bentuk antisipasi dari investor itu adalah, menarik dananya yang diparkir di negara ketiga termasuk dana yang ada di pasar saham Indonesia.

Selain faktor luar negeri itu, IHSG juga rontok karena faktor melemahnya kinerja ekonomi Indonesia, menyusul adanya defisit current account

Dua isu itulah yang menumbangkan IHSG hingga mencapai level terendah di 2013, yakni di posisi 3.968 yang tercipta pada 27 Agustus lalu. Setelah itu, IHSG bergerak fluktuatif hingga akhirnya berhasil menguat ke posisi penutupan akhir tahun 2013 di posisi 4.274,18.

Top Gainers 10 Saham LQ 45 di 2013

Nomor
Nama Saham
Kenaikan
Last Price
1
PT Multipolar Tbk (MLPL)
75,61%
Rp 360
2
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
33,68%
Rp 3.175
3
PT Indofood CBP Sukses Tbk (ICBP)
30,77%
Rp 10,200
4
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
27,41%
Rp 25.100
5
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
24,70%
Rp 26.000
6
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
20,00%
Rp 270
7
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
19,43%
Rp 2.150
8
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
17,92%
Rp 1250
9
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
16,22%
Rp 1.290
10
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
12,82%
Rp 6.600.
Top Losers 10 Saham LQ 45 di 2013
Nomor
Nama Saham
Persentase Turun
Last Price
1
PT Harum Energy Tbk (HRUM)
- 54,17%
Rp 2.750
2
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
- 49,15%
Rp 300
3
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
- 48,15%
Rp 560
4
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
- 40,00%
Rp 870
5
. PT MNC Investama Tbk (BHIT)
- 37,04%
Rp 340
6
PT Bank Danamon Tbk (BMDN)
- 33,19%
Rp 3.775
7
PT Tambang Batubara Tbk (PTBA)
- 32,45%
Rp 10.200
8
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
- 31,45%
Rp 1.090
9
PT Indo Tambangraya Tbk (ITMG)
- 31,41%
Rp 28.500
10
PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
- 28,33%
Rp 430
Mengintip Peluang di 2014

Sama dengan kondisi 2013, sentimen luar negeri terhadap IHSG masih datang kebijakan the Fed. Maklum, kebijakan the Fed terkait pengurangan stimulus itu hanya mampu mempengaruhi bursa Indonesia  saja, melainkan juga bursa-bursa negara lainnya terutama di negara berkembang.

Sebab, kebijakan pemangkasan stimulus dari the Fed memicu kaburnya dana asing yang parkir di negara berkembang termasuk dari Indonesia. Arus keluar dana asing dari Indonesia ini sudah terlihat sejak bulan Mei lalu, ketika The Fed baru mewacanakan untuk pemangkasan stimulus.

Pemangkasan stimulus kemudian dibuktikan The Fed di bulan Januari 2014, dengan menurunkan pembelian stimulus berupa pembelian obligasi bulanan dari US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar. Namun, penurunan stimulus tersebut ternyata tak berakhir di Januari 2014 saja.

Sebab, The Fed berkomitmen untuk mengurangi stimulus bertahap tahun ini. Itu artinya, kebijakan the Fed tersebut akan membayangi pergerakan IHSG sepanjang tahun 2014.

Selain dari luar negeri, bursa juga akan merespons kondisi ekonomi dalam negeri, terutama dari defisit neraca transaksi atau deficit current account. Sebelumnya, Badan Moneter Internasional (IMF) sudah memproyeksikan, defisit neraca transaksi berjalan Indonesia 2014 bisa mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB).

Sementara itu, transaksi berjalan sampai kuartal III 2013 defisit masih bertengger di posisi 3,8% atau minus US$ 8,45 juta. Selain defisit, bursa tahun 2014 akan merespons kondisi cadangan devisa Indonesia yang tercatat 31 Oktober 2013 tinggal US$ 96,99 miliar turun jika dibandingkan akhir Desember 2012 lalu di posisi US$ 112,8 miliar.

Kondisi bursa juga mendapat sentimen negatif dari pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang akhir Desember sudah menembus level Rp 12.000 per dolar AS. Jika rupiah terus melemah, IHSG diproyeksikan bisa turut serta melemah.

Namun sebaliknya, jika rupiah tidak bergejolak, maka di 2014 indeks saham diproyeksikan menguat hingga ke posisi 4.800. “Investor asing takut masuk karena kurs tidak stabil, tapi kalau sudah stabil mereka kembali masuk karena untuk jangka panjang, Indonesia masih menarik," kata Tjandra Lienandjaja, Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas.

Selain faktor ekonomi makro, pergerakan bursa 2014 juga dibayangi isu politik. Sebab, bulan April mendatang akan ada pemilihan umum (pemilu) legislatif yang kemudian disusul pemilihan presiden. Walaupun ada aktivitas politik di 2014, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yakin, kinerja bursa bergerak positif  seperti yang terjadi di pemilu 2004 dan juga tahun 2009.

Direktur Utama BEI Ito Warsito bilang, meningkatnya suhu politik justru bisa membuat IHSG naik seperti yang terjadi pada pemilu sebelumnya. "Tahun 2004 dan 2009, IHSG naik terus. Itu bisa dijadikan acuan," ujar Ito dalam konferensi pers Penutupan Perdagangan Bursa Efek 2013 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).

Ia mengatakan, negara-negara lain pun melakukan hal yang sama. "Itu bukan sesuatu yang dipengaruhi atau diupayakan oleh pengawas. Harga bergantung penawaran dan permintaan. Market yang menentukan, sehingga regulator hanya mengawasi," ujar Ito.

Belum cukup sampai disana, bursa tahun 2014 juga dibayangi oleh kebijakan Bank Indonesia, terkait dengan penetapan suku bunga acuan atau BI rate yang bulan Desember 2013 ditetapkan di posisi 7,5%. Kenaikan atau penurunan BI rate ini juga akan mempengaruhi  pergerakan bursa.

Memilih Saham di 2014

Di tengah ketidakpastian pasar keuangan di 2014, investor perlu mencermati sejumlah sentimen dan indikator yang bisa saja mempengaruhi pergerakan harga efek. Walaupun banyak sentimen tahun 2014, namun sebagian analis mengintip adanya peluang meraup untung di pasar saham.

William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities bilang, penurunan IHSG tahun merupakan peluang untuk meraup cuan di pasar saham. Apalagi, kata William, posisi IHSG akhir tahun 2013 lebih rendah jika dibandingkan posisi IHSG akhir tahun 2012 lalu.

Untuk itu, William merekomendasikan beberapa saham yang bisa menghasilkan profit di atas 5% di awal tahun 2014. "Tentunya dalam memilih saham untuk investasi harus mempertimbangkan beberapa aspek. Salah satunya saham yang mengalami penurunan cukup jauh terhadap harga tertingginya di tahun ini," ujar William.

Saham pertama yang direkomendasikan William adalah, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang sahamnya berpotensi bisa menguat ke harga Rp 11.000. Pada penutupan IHSG terakhir perdagangan saham BBCA berada di posisi Rp 9.600.

Saham kedua adalah, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang berpotensi menguat ke harga Rp 28.600. Pada penutupan IHSG akhir tahun 2013, saham UNVR berada di posisi Rp 26.000. Saham ketiga adalah, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang berpeluang menguat ke harga Rp 1.200. Pada penutupan IHSG akhir tahun 2013, saham ADRO berada di posisi Rp 1.090.

Saham keempat adalah, PT Astra International Tbk (ASII)  yang berpotensi menguat ke harga Rp 6.700. Pada penutupan IHSG akhir tahun 2013, saham ASII berada di posisi Rp 6.800. Saham kelima adalah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang berpotensi menguat ke harga Rp 7.550. Pada penutupan IHSG akhir tahun 2013, saham BBRI berada di posisi Rp 7.250.

Sementara itu, Budi Hikmat, Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management yakin, tahun 2014 saham infrastruktur bisa bergerak positif. Adapun, saham-saham yang pantas dilirik itu adalah saham telekomunikasi. Budi juga mengajak investor mencermati saham yang terpengaruh pelemahan nilai tukar yen. "Seperti saham-saham sektor mineral," jelas Budi seperti yang ditulis KONTAN sebelumnya.

Sementara itu, Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities merekomendasikan saham emiten sektor barang konsumsi di tahun 2014. Saham sektor konsumsi dianggap  lebih tahan goncangan sentimen negatif. Ini terbukti ketika hajatan pemilu tahun 2009 lalu, dimana saham konsumsi mencatat kinerja kinclong.

Supriyadi menjagokan sejumlah saham emiten sektor konsumsi tahun 2014 adalah; PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan saham PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA).  

Untuk saham pilihan kedua, sektor mendapat sentimen positif dari pemilu adalah; emiten media. Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas menilai, emiten media berpotensi mendapat berkah tambahan dari iklan partai politik.

Maklum, saat pemilu, belanja iklan bakal melimpah ruah. Alhasil, saham-saham emiten media seperti PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR), layak dicermati.

Di luar sentimen pemilu, saham emiten pertambangan dan perkebunan layak dilirik. Sebab, saham dua sektor diyakini kembali menguat lagi. Agus B Yanuar, Presiden Direktur Samuel Aset Management pun berpendapat, kinerja emiten tambang dan perkebunan membaik lantaran memiliki pendapatan dalam dollar AS, tetapi beban usahanya dalam rupiah.

"Kami berasumsi ekonomi China membaik, sehingga harga komoditas, seperti crude palm oil (CPO) dan batubara akan kembali pulih," ujar dia seperti yang ditulis KONTAN sebelumnya.  Untuk itu, Agus merekomendasikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS).

Walaupun ada saran dari Analis, namun keputusan investasi Ada di tangan investor. Yang jelas, tetap berhati-hati, cermat dalam berhitung serta menetapkan strategi jitu agar investasi Anda menguntungkan. 

Saham Top Gainers 2013
Nomor
Nama Saham
Kenaikan
Last Price
1
PT Permata Prima Sakti (TKGA)
850%
Rp 2.375
2
PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA)
826,67%
Rp 139.000
3
PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET)
605,45%
Rp 800
4
PT Akbar Indo Makmur Tbk
375,00%
Rp 1.140
5
PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF)
307,41%
Rp 11.000
6
PT Hotel Mandarine Regency Tbk (Home)
302,17%
Rp 370
7
PT Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ)
238,35%
Rp 26.000
8
PT Cowel Development Tbk (COWL)
228,67%
Rp 470
9
PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD)
225,30%
Rp 2700.
10
PT Nipress Tbk (NIPS)
185,37%
Rp 325
Saham Top Losers 2013
Nomor
Nama Saham
Persentase Turun
Last Price
1
PT Gading Development Tbk (GAMA)
- 74,86%
Rp 88
2
PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW)
- 72,39%
Rp 185
3
PT Borneo Lumbung Tbk (BORN)
- 67,78%
Rp 174
4
PT Centris Multi Persada (CMPP)
- 67,33%
Rp 490
5
PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
- 66,10%
Rp 1.000
6
PT Perdana Karya Tbk (PKPK)
- 61,78%
Rp 86
7
PT Colorpak Indonesia Tbk (CLPI)
- 60,96%
Rp 570
8
PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)
- 60,43%
Rp 3.225
9
PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
- 60,26%
Rp 1.550
10
PT Asia Pacific Fiber Tbk (POLY)
- 58,55%
Rp 80
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri