Saatnya modernisasi industri furnitur Indonesia



JAKARTA. Pameran akbar International Woodworking and Furniture Manufacturing Components (IFMAC) kembali digelar di Hall A Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal 8–10 Mei 2014. Pameran yang diadakan untuk ketiga kalinya diikuti oleh lebih dari 100 eksibitor dari 10 negara diantaranya Indonesia, China, Italia, Jerman, Malaysia, Perancis, Singapura, Spanyol dan Taiwan dengan target pengunjung sebanyak 10.000 pengunjung selama tiga hari pameran.Pameran IFMAC 2014 digelar pada saat yang tepat mengingat nyaris sebagian besar mesin yang digunakan di industri furnitur di Indonesia telah mencapai tahun kedua puluh. Mesin yang sama masih digunakan sejak awal kebangkitan industri ini di era tahun 90-an lalu. Dengan masa kerja sepanjang itu, dapat dipastikan tingkat efisiensinya tertinggal dibanding mesin generasi sekarang. Selain itu, produktivitasnya sudah banyak berkurang dan biaya perawatannya sudah tidak ekonomis lagi. Belum lagi suku cadangnya mulai sulit didapatkan. Cloudinia J.Dieter, Project Manager IFMAC 2014 mengatakan, IFMAC menjadi ajang yang tepat bagi para pelaku bisnis industri permesinan furnitur untuk berkumpul dan melakukan transaksi bisnis. “Selain itu, event ini juga sangat penting bagi keberlangsungan industri furnitur Indonesia untuk menghadapi persaingan global,” katanya di Jakarta, Kamis (8/5).Menurut Cloudinia, kebanyakan permesinan dalam industri furnitur di sini dibeli sekitar 30 hingga 20 tahun yang lalu. Ini merupakan periode keemasan dari pertumbuhan dan perkembangan industri ini. Bisa saja sebagian dari mesin-mesin itu masih dalam kondisi cukup baik, namun sudah pasti tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. Abdul Sobur, Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) mengatakan, dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, seharusnya Indonesia bisa menjadi pemimpin untuk industri mebel dan kerajinan di Kawasan Regional ASEAN. Tapi fakta di lapangan industri ini belum menjadi industri yang tangguh. Dari total ekspor mebel dunia 2013 diperkirakan sebesar US$ 124 miliar, terjadi pertumbuhan yang signifikan. Sementara ekspor mebel Indonesia diperkirakan hanya mencapai US$ 1,7 miliar. Dari eksportir mebel dunia, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-13 sebagai negara pengekspor industri mebel, ini jauh di bawah kemampuan ekspor mebel Vietnam yang mampu mencapai ekspor sekitar 4,2 miliar US$ dan sekaligus menduduki peringkat eksportir ke-4 terbesar dunia.“Salah satu kendala yang dihadapi adalah dukungan alat-alat produksi yang belum merata dan canggih, padahal itu diperlukan untuk menopang terjadinya proses produksi yang lebih cepat dan efisien sehingga dapat bersaing dengan produsen di seluruh dunia,” ujar Sobur.Adi Gunawan, Branch Manager PT Alpha Utama Mandiri, salah satu eksibitor IFMAC 2014 optimistis pertumbuhan industri furnitur Indonesia masih akan berlanjut hingga tiga tahun mendatang, terutama di sektor industri furnitur panel. Sedangkan untuk sektor solid didominasi oleh barecore dan kayu lapis.  "Tahun lalu kami sukses mendapatkan prospek dan pelanggan baru selama IFMAC berlangsung dan berhasil menjual beberapa unit mesin kayu. Kami berharap dapat meraih kesuksesan kembali di IFMAC 2014,” aku Gunawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dadan M. Ramdan