KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai jarang dilirik investor, prospek beberapa aset
safe haven perlu dicermati. Meskipun begitu, di antara berbagai aset
safe haven, emas masih menjadi pilihan menarik untuk dilirik hingga akhir tahun. Mengutip
Bloomberg pada perdagangan Rabu (11/9) pukul 21.00 WIB pergerakan harga emas di pasar
spot masih berada di bawah level psikologis yakni US$ 1.490,81 per ons troi, turun 0,33% dibanding sehari sebelumnya. Meskipun begitu, pergerakan harga emas sepekan cenderung melemah, setelah pekan lalu (4/9) emas
spot sempat menyentuh US$ 1.552,55 per ons troi.
Analis PT Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, berkurangnya daya tarik
safe haven saat ini karena sentimen fundamental kurang mendukung. Meskipun begitu, dia menegaskan bahwa aset
safe haven tidak akan pernah ditinggalkan oleh pelaku pasar. Menurutnya, ada dua hal yang membuat pergerakan
safe haven salah satunya harga emas saat ini dalam tren penurunan. "
Pertama bisa karena eskalasi perang dagang yang mereda, atau
kedua, karena harga yang sudah terlampau tinggi dan mendorong pelaku pasar untuk melakukan
profit taking," ungkap Suluh kepada Kontan.co.id, Rabu (11/9). Suluh menegaskan, turunnya harga emas di bawah level psikologis US$ 1.500 per ons troi hanya bersifat sementara. Terdapat beberapa data yang tengah dinanti pelaku pasar dan berpotensi mengangkat kembali harga emas.
Baca Juga: Menanti keputusan ECB, Analis: Aset safe haven wait and see dulu Pelaku pasar saat ini tengah menanti pengumuman Bank Sentral Eropa (ECB) terkait rencananya untuk melonggarkan kebijakan moneter, termasuk kemungkinan untuk memangkas suku bunga acuan pada Kamis (12/9). Selain itu, detik-detik pengumuman kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) semakin dekat, di mana pasar optimistis bahwa The Fed bakal memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bps) hingga 50 bps. "Kalau ECB pangkas suku bunga acuannya, begitu juga The Fed, itu akan baik bagi harga emas. Sedangkan saat ini
safe haven dollar AS masih berjaya," ujarnya. Untuk itu, Suluh menilai pergerakan harga emas masih bergerak berdasarkan spekulasi namun dengan kecenderungan bisa di beli. Adapun level
support di US$ 1.458 per ons troi dan untuk
resistance di akhir tahun berpotensi mendekati US$ 1.600 per ons troi, atau tepatnya di US$ 1.570 per ons troi. Di sisi lain, untuk aset
safe haven lainnya seperti Yen Jepang (JPY), Suluh menilai belum ada sentimen kuat yang bisa menggerakkan kurs secara signifikan. Meskipun begitu, hingga akhir tahun JPY masih berpotensi melanjutkan penguatan ke level 105,45.
Baca Juga: Aset safe haven mulai ditinggal, tapi emas masih menjadi pilihan menarik Adanya campur tangan Bank Sentral Jepang (BoJ) dalam menjaga pergerakan JPY, menjadikan kurs tetap menjadi incaran pelaku pasar. Sedangkan untuk prospek dollar AS, meskipun saat ini dalam tren kenaikan namun masih tetap rentan terhadap berbagai sentimen, salah satunya pelonggaran moneter The Fed. Sementara itu, pelaku pasar sudah melakukan
profit taking pada aset emas, sehingga potensi ke depan untuk logam kuning tersebut
rebound cukup terbuka. "Tiga aset
safe haven ini enggak bisa dibaca teknikalnya, karena rawan spekulasi. Tapi pekan depan emas pasti naik, karena The Fed bakal pangkas suku bunganya, dan tidak ada yang sebaik emas, bahkan
yield-nya lebih besar dibandingkan US Treasury," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi