KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Safeguard untuk keramik impor dari India dan Vietnam yang diberlakukan mulai tanggal 1 September tahun 2020 diyakini akan mempercepat pemulihan industri keramik akibat pandemi Covid-19. Selama pandemi industri keramik turut terpukul dan terkena dampaknya. Menurut Edy Suyanto, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) sampai dengan semester pertama tahun ini impor keramik hanya turun 2% secara tahunan (year on year). Angka ini menurutnya mengejutkan dan mengkhawatirkan untuk industri keramik dalam negeri, terlebih angka impor keramik dari India malah meningkat 57% secara tahunan di semester tersebut.
Baca Juga: Keramik India dan Vietnam kena bea masuk "Ancaman impor dari India dan Vietnam sangat mengganggu langkah pemulihan industri keramik dan memaksa terpangkasnya tingkat utilisasi industri keramik, khususnya yang memproduksi Homogeneus Tiles atau Granito dengan tingkat utilisasi di bawah 50%," urai Edy kepada Kontan.co.id, Jumat kemarin (4/9). Asaki terus memantau efektivitas safeguard untuk India dan Vietnam dalam satu tahun ke depan. Sebab situasinya saat ini, untuk India saja mereka dikabarkan menurunkan harga gas menjadi US$ 2,5 per mmbtu, harga yang jauh lebih murah ketimbang harga gas yang diperoleh industri lokal. Di samping itu mulai pertengahan Juni produk India dikenai bea masuk anti dumping oleh negara-negara Timur Tengah dan Eropa dengan rata-rata tambahan bea masuk di atas 60%. "Ini merupakan ancaman serius jika terjadi pengalihan penjualan ke Indonesia dalam jumlah masif," kata Edy. Sementara itu mulai 2023 untuk produk keramik akan dikenai kebijakan
over dimension over loading (ODOL) sehingga kata Edy yang juga menjabat sebagai Direktur PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), kenaikan ongkos angkut tidak bisa dihindari dan tentunya akan mengurangi daya saing produk keramik lokal terhadap produk impor. Menurutnya, biaya pengiriman kontainer bisa 60% lebih murah dan bebas masuk ke pusat industri keramik. Asal tahu saja, sekitar 97% industri keramik yang Asaki ketahui lokasinya berada di pulau Jawa. Oleh karena itu Asaki juga berharap pembatasan impor selain safeguard dengan mengusulkan agar pelabuhan untuk keramik impor berada di luar pulau Jawa. Berbicara proyeksi bisnis keramik di tahun ini, Asaki semula memprediksi akan ada penurunan penjualan sekitar 15%-25% dibandingkan tahun lalu. Namun dengan adanya Safeguard India dan Vietnam diperkuat dengan adanya diskon harga gas diharapkan daya saing bisa meningkat.
Baca Juga: Selain harga gas, industri keramik juga antisipasi produk impor Selain memperkuat pasar lokal, Asaki berharap produsen keramik lokal juga bisa memperkuat pasar ekspor di tengah lemahnya daya beli dalam negeri. "Maka diharapkan penurunan penjualan tahun 2020 bisa ditekan, paling tidak (penurunan) di angka 10%-15%," pungaks Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi