JaKARTA. Rencana PT Adhi Karya Tbk merambah dua lini bisnis baru, yakni bisnis operator perkeretaapian (termasuk monorel) dan perhotelan akhirnya mendapat restu dari mayoritas pemegang saham. Perusahaan konstruksi pelat merah ini bahkan telah menghitung bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 138 miliar per tahun dari bisnis ini. Restu mayoritas pemegang saham didapat tatkala Adhi Karya menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) kemarin (3/4). "RUPS kali ini dihadiri oleh 66% pemegang saham, sebanyak 84% di antaranya memberi persetujuan," ujar Kiswodarmawan, Direktur Utama Adhi Karya Tbk, usai memimpin RUPS. Asal tahu saja, RUPS sebelumnya pada 14 Maret 2014 gagal mencapai kesepakatan lantaran tak kuorum. Pemerintah adalah pemegang mayoritas saham atau 51% dari sekitar 1,80 miliar saham. Sisanya, 49% dimiliki publik.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, di bisnis perkeretaapian, Adhi Karya telah bergabung dengan konsorsium badan usaha milik negara (BUMN) untuk mengerjakan jalur monorel Jakarta Link Transportation (JLT). Tahap pertama proyek gotong-royong ini diperkirakan menelan Rp 8,2 triliun. Meski tak menyebutkan berapa bagian duit patungan Adhi Karya, Pundjung Setya Brata, Kepala Divisi Transportasi Adhi Karya bilang, 70% dana akan dipenuhi dari pinjaman bank. Sisanya baru diambil dari ekuitas. Sekedar informasi, sisa kas atau setara kas perusahaan Adhi Karya di 2013 adalah Rp 1,94 triliun. JLT mencakup rute Bekasi Timur-Cawang sepanjang 18,138 kilometer (km), Cibubur-Cawang sepanjang 13,728 km, serta Cawang-Kuningan sepanjang 7,170 km. Adapun anggota konsorsium lain adalah PT Len Industri, PT Industri Kereta Api, dan PT Jasa Marga Tbk. Meski realisasi pembangunan monorel masih menunggu peraturan presiden (perpres) sebagai payung hukum, Adhi Karya optimistis peletakan batu pertama bisa terwujud di tahun 2015. Dus, monorel ini bisa beroperasi tiga tahun kemudian. Pendapatan dari Grand Dhika Pundjung menghitung, monorel bisa menghasilkan pendapatan Rp 113 miliar saban tahun. "Pendapatan bukan hanya berasal dari penjualan tiket, tetapi juga dari iklan dan layanan lainnya," jelas dia. Tak cuma berhitung di lini bisnis perkeretaapian, di lini bisnis perhotelan, Triyono, Kepala Divisi Hotel Adhi Karya memperkirakan, perusahaan bisa menangguk pendapatan Rp 4 miliar-Rp 5 miliar saban tahun dari satu hotel. "Asumsinya, hotel bisa meraih tingkat okupansi rata-rata 60%-70%," bebernya. Perusahaan ini berencana membangun lima hotel dengan nama Grand Dhika. Tiga hotel di antaranya bakal dibangun tahun ini. Yakni, Grand Dhika di Blok M, Jakarta Selatan, yang saat ini telah masuk tahap konstruksi. Perusahaan ini menargetkan hotel bintang empat ini sudah bisa menerima tamu akhir tahun 2014 ini.
Selanjutnya, perusahaan bakal membangun Hotel Grand Dhika Medan, Sumatra Utara dan Bekasi. Hotel di Medan akan mulai dibangun bulan ini sedangkan hotel di Bekasi bakal dibangun Juli nanti. Pembangunan tiap hotel memakan waktu sekitar setahun. Ada dua hotel lagi akan dibangun di Semarang dan Surabaya. Adhi Karya merencanakan proses konstruksi bisa dimulai pada 2015. Berangkat dari asumsi lima hotel beroperasi, potensi pendapatan Adhi Karya adalah Rp 20 miliar-Rp 25 miliar per tahun. Kalau ditambah pendapatan dari mengelola monorel, total potensi pendapatan Adhi Karya bisa mencapai Rp 138 miliar per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina