JAKARTA. Publik ramai memperhatikan konflik dua penegak hukum besar di negara ini, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah di ambang pintu akan mengumumkan keputusan yang diambilnya terkait pelantikan Komjen Budi Gunawan yang kontroversial karena ditetapkan tersangka oleh KPK. Namun, sejatinya ada peristiwa penting lainnya juga sedang berlangsung di gedung parlemen Senayan hari ini (13/2). Rapat Dewan Perwakilan Rakyat dalam rapat paripurna yang dipimpim Wakil Ketua Taufik Kurniawan, mengetok palu atas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) menjadi APBN-P tahun 2015. Ini menjadi gambaran uang saku negara untuk setahun kedepan dan bagaimana negara mencari sumber-sumber uang tersebut. Anggaran ditetapkan sesuai UU Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun 2015.
Berikut Asumsi makro yang disepakati hari ini:
Asumsi Makro | APBNP 2015 | APBNP 2014 |
Pertumbuhan ekonomi | 5,7% | 5,5% |
Inflasi | 5% | 5,3% |
Bunga SPN 3 bulan | 6,2% | 6% |
Nilai tukar | USD/IDR 12.500 | USD/IDR 11.600 |
Harga minyak (ICP) | US$ 60 per barel | US$ 105 per barel |
Lifting minyak | 825.000 barel | 818.000 barel |
Lifting gas | 1.221.000 | 1.224.000 |
Selain itu, pemerintah dan DPR menetapkan patokan-patokan lain. "Selain itu, disepakati juga berbagai target pembangunan yang lebih terukur di dalam UU APBN 2015, seperti tingkat pengangguran sebesar 5,6%, gini ratio 0,40, dan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 69,4," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Jumat malam (13/2). Nah, mari kita lihat sejenak pencapaian negara kita di tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu meleset dari target dengan pencapaian 5,1%. Sedangkan inflasi meleset jauh menjadi 8,36%. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berujung pada tarif transportasi, serta kenaikan tarif listrik menyumbang inflasi tersebut. Sedangkan
lifting minyak di bawah target APBNP 2014 yaitu 794.000 barel atau 97% dari target.
Lifting gas 1.248.000 barel setara minyak per hari. Bambang Brodjonegoro pernah mengakui, ekonomi Indonesia pada tahun 2014 mengalami pelambatan. Tapi dia optimistis tahun ini perekonomian bisa digenjot, misalnya dengan merealokasikan anggaran subsidi untuk anggaran yang lebih produktif. Ada tiga kunci pemerintah yaitu investasi, konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Pendapatan dan Belanja Pemerintah dan DPR juga malam ini menyepakati, target pendapatan dan hibah sebesar Rp 1.761,6 triliun. Angka ini lebih rendah Rp 7,3 triliun dibandingkan dengan usulan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 1.768,9 triliun. Penyebabnya, ada penurunan target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp 269,1 triliun terimbas lesunya harga minyak.
Kemudian, belanja negara ditetapkan sebesar Rp 1.984,1 triliun atau turun Rp 10,7 dari usulan Rp 1.994,8 triliun. Penyebabnya, ada penurunan belanja pemerintah pusat menjadi sebesar Rp 1.319,5 triliun. Di sisi lain, transfer ke daerah dan dana desa naik tipis menjadi sebesar Rp 664,6 triliun. Dengan postur ini, defisit anggaran dalam APBN-P 2015 ditetapkan Rp 222,5 triliun atau 1,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Adanya pemangkasan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari usulan Rp 72,9 menjadi Rp 64,8 triliun diharapkan meringankan beban defisit. "Penurunan defisit anggaran dari APBN 2015 tersebut diharapkan memberikan sinyal positif bagi masyarakat, para pemangku kepentingan, dan pelaku usaha baik di dalam maupun di luar negeri," tambah Bambang.
| APBN 2015 (Rp triliun) |
Pendapatan & hibah | 1.761,60 |
Pajak | 1.489,30 |
non-pajak | 269,1 |
| |
Belanja | 1.984,10 |
Pemerintah pusat | 1.319,50 |
Daerah dan desa | 664,6 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia