JAKARTA. Aksi jual menerpa saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di sesi pagi. Investor asing condong menghindari saham produsen minyak sawit terbesar dari sisi kapitalisasi pasar ini, lantaran produksi minyak sawit global diproyeksi akan melonjak.Data Bloomberg menyebutkan, hingga saat ini, Macquarie Capital Securities Indonesia paling banyak melego saham tersebut, yaitu mencapai Rp 956,8 juta. Diikuti, Kim Eng Securities dengan nilai penjualan Rp 657,8 juta, dan UBS Securities Indonesia sejumlah Rp 521 juta.Tak heran, saham AALI sudah terpapas 2,53% ke level Rp 21.200 per saham pada pukul 10.27 di Jakarta.Oil World memprediksi, produksi minyak sawit (CPO) global kemungkinan akan menembus rekor di musim panen selanjutnya. Total produksi bisa mencapai 54,9 juta metrik ton pada periode 2012-2013, atau naik 6,6% dibanding tahun sebelumnya. Itu mungkin terjadi sebab Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar melakukan ekspansi lahan. Nah, lonjakan produksi dikhawatirkan bisa memicu suplai berlebih di pasar. Akibatnya, harga CPO di pasar dunia berpotensi melorot.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Saham AALI dilanda aksi jual di sesi pagi
JAKARTA. Aksi jual menerpa saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di sesi pagi. Investor asing condong menghindari saham produsen minyak sawit terbesar dari sisi kapitalisasi pasar ini, lantaran produksi minyak sawit global diproyeksi akan melonjak.Data Bloomberg menyebutkan, hingga saat ini, Macquarie Capital Securities Indonesia paling banyak melego saham tersebut, yaitu mencapai Rp 956,8 juta. Diikuti, Kim Eng Securities dengan nilai penjualan Rp 657,8 juta, dan UBS Securities Indonesia sejumlah Rp 521 juta.Tak heran, saham AALI sudah terpapas 2,53% ke level Rp 21.200 per saham pada pukul 10.27 di Jakarta.Oil World memprediksi, produksi minyak sawit (CPO) global kemungkinan akan menembus rekor di musim panen selanjutnya. Total produksi bisa mencapai 54,9 juta metrik ton pada periode 2012-2013, atau naik 6,6% dibanding tahun sebelumnya. Itu mungkin terjadi sebab Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar melakukan ekspansi lahan. Nah, lonjakan produksi dikhawatirkan bisa memicu suplai berlebih di pasar. Akibatnya, harga CPO di pasar dunia berpotensi melorot.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News