Saham ASII tertekan sentimen harga BBM



JAKARTA. Tekanan penjualan bersih (net sell) oleh investor asing di bursa selama dua pekan terakhir, membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan. Kemarin, IHSG tersungkur 2,72% ke posisi 4.865,32. Disaat yang sama, harga saham emiten berkapitalisasi pasar terbesar saat ini, yakni PT Astra International Tbk (ASII) pun ikut terjungkal.

Dalam sehari saja, harga saham ASII, kemarin, turun 4,23% menjadi Rp 6.800 per saham dari penutupan perdagangan bursa hari sebelumnya (5/6), di level Rp 7.100 per saham. Tiga sekuritas asing saat tercatat sebagai broker yang melepas saham ASII. Mereka adalah UBS Securities Indonesia dengan nilai bersih (net value) penjualan mencapai Rp 93,45 miliar.

Selanjutnya adalah Citigroup Securities Indonesia dengan nilai penjualan sebanyak Rp 73,06 miliar. Menyusul kemudian CLSA Indonesia yang mencatatkan penjualan sebanyak Rp 44,87 miliar.


Jika ditarik garis pergerakan harga lebih panjang ke belakang, tren penurunan harga saham ASII sudah mulai terlihat sejak 28 Mei 2013. Kala itu, harga ASII masih ada di level Rp 7.450 per saham. Artinya, kurang dari dua pekan saja, harga saham ASII sudah longsor hingga 8,72%.

Posisi penjual bersih terbanyak saham ASII, pun masih ditempati oleh ketiga broker asing itu dengan posisi yang tak berbeda. UBS di periode 28 Mei hingga 7 Juni menjual sebanyak Rp 319,04 miliar. Sedangkan, Citigroup dan CLSA melego masing-masing Rp 273,93 miliar dan Rp 208,62 miliar.

Analis MNC Securities, Reza Nugraha berpendapat, kabar baik aturan mobil murah alias Low Cost Green Car (LCGC) yang sudah diteken pemerintah tidak berhasil menyelamatkan saham ASII dari incaran tekanan jual. Sejak persetujuan pemerintah atas aturan LCGC mengemuka, akhir Mei lalu, saham ASII terus berada dalam tekanan. "Apalagi saham ASII banyak dimiliki investasi investor asing. Sehingga isunya masih akan lebih banyak disetir oleh kenaikan harga bahan bakar minyak BBM (BBM) bersubsidi," jelas Reza.

Pemerintah memang sudah membulatkan tekad menaikan harga BBM bersubsidi. Harga premium akan dinaikan sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter, dan solar akan naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.500 per liter.

Analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda mengatakan, mengacu pada data tahun 2006, kenaikan harga BBM berdampak pada penurunan penjualan mobil ASII hingga 40%. Nah, isu inilah yang kemudian dimanfaatkan juga oleh investor asing untuk merealisasikan keuntungannya (profit taking) di saham ASII.

Penjualan masih naik

Menurut kedua analis, sebenarnya aturan LCGC bisa menjadi katalis positif bagi investor untuk masuk ke saham ASII. Thendra sendiri masih merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 8.600 per saham hingga akhir tahun 2013.

Thendra memproyeksikan, pendapatan ASII tahun 2013 akan tumbuh menjadi Rp 211 triliun, atau naik 11,2% dari tahun 2012. Pertumbuhan ini memang tidak setinggi pertumbuhan pendapatan ASII tahun lalu, karena antisipasi adanya katalis negatif dari kenaikan harga BBM. Sementara laba bersih ASII, diprediksi tumbuh tipis menjadi Rp 21 triliun pada tahun ini dari perolehan tahun 2012 yang sebesar Rp 19,42 triliun.

Dalam jangka panjang, penjualan mobil murah akan memperbesar margin laba ASII. Menurut Reza, dari sisi biaya, produksi mobil LCGC bisa lebih ditekan ketimbang produksi mobil biasa.

Hitungan Thendra, penjualan otomotif ASII pada tahun ini akan naik 10% dibandingkan tahun lalu. Dari sisi pertumbuhan, tahun ini penjualan otomotif memang diperkirakan melambat, dari tahun 2012 yang berkisar 12,34%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo