KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham perbankan besar dengan kapitalisasi pasar (
market caps) jumbo masih tumbuh subur. Keempat saham perbankan terbesar di tanah air kompak mencatatkan penguatan sejak awal tahun atau secara
year-to-date (YtD). Rata-rata saham emiten bank
big caps tumbuh hingga
double digit Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) menjadi jawara, dengan penguatan 33,33% sejak awal tahun, disusul saham PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) dengan penguatan 31,67%. Di posisi ketiga ada saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) dengan
return 17,12%, dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) dengan pertumbuhan 9,25% Beda nasib, pergerakan saham-saham bank lapis kedua justru tidak begitu moncer. Ambil contoh saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) yang sahamnya terkoreksi 8,96% sejak awal tahun. Lalu saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) yang melemah 14,04%, saham PT Bank Permata Tbk (
BNLI) melemah 21,50%, dan saham PT Bank Maybank Indonesia Tbk (
BNII) terkoreksi 19,88%.
Lalu, apa yang menyebabkan saham bank
big caps dan saham perbankan lapis dua beda nasib?
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Perbankan yang Menarik Dikoleksi di Tengah Kenaikan Suku Bunga Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, tahun ini
big banks menjadi saham favorit yang diborong asing, selain juga menjadi incaran investor domestik. Dari segi keuangan, pertumbuhan laba dan pendapatan emiten
big banks di paruh pertama 2022 juga melonjak signifikan bila dibandingkan dengan perbankan lapis kedua. “Selain itu secara
price to book value (PBV) juga relatif murah,” kata Cheril kepada Kontan.co.id, Selasa (20/9)
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, melesatnya saham perbankan
big caps tidak terlepas dari prospek bisnis bank besar. Di saat pemulihan ekonomi seperti saat ini, maka kebutuhan pendanaan akan meningkat. Wawan bilang, bank dengan permodalan yang kuat akan lebih leluasa dalam melakukan penyaluran kredit. Ditambah, transaksi masyarakat umumnya melalui bank-bank besar “Bank lapis dua sendiri umumnya akan melakukan penambahan modal. Pun demikian bank-bank lapis dua juga banyak yang memiliki profitabilitas yang baik, dapat digunakan sebagai diversifikasi,” terang Wawan. Kontan.co.id mencatat, sejumlah bank lapis kedua bersiap melakukan aksi penambahan modal melalui
rights issue, salah satunya BRIS yang akan melakukan
rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham. Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan mengalirkan dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2,48 triliun pada
rights issue yang akan dilakukan BBTN. Sedangkan publik sebanyak Rp 1,65 triliun. Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis menilai,
rights issue yang dilakukan BBTN berpotensi untuk meningkatkan modal
Tier-1. Hasil dari
rights issue ditambah dengan potensi penjualan aset syariah akan memperkuat modal
Tier-1 BBTN yang saat ini berada di level 12,7%, yang merupakan salah satu yang terendah di antara bank-bank besar. Dana dari
rights issue juga bisa membantu BBTN untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja. Sentimen dari saham BBTN juga datang dari pemulihan
return on equity (ROE). “Kami juga menyukai ketahanan BBTN dan segmen kredit pemilikan rumah (KPR) yang solid, ditambah dengan kemampuan BBTN untuk berkembang seiring penguatan struktur permodalan,” terang Edward dalam riset, Kamis (15/9).
Baca Juga: Inti Rekomendasi 3 Analis untuk Saham Dharma Satya (DSNG) Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga yang sedikit lebih tinggi, yakni Rp2.390 (dari sebelumnya Rp2.290). Selain BBTN, bank lapis kedua yang punya prospek menjanjikan adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA). Edward berekspektasi BNGA terus memberikan kinerja yang solid pada 2022-2023. Laba bersih BNGA untuk tahun 2022-2023 diperkirakan masing-masing mencapai Rp 4,5 triliun dan Rp 5,2 triliun, naik 11% dan 14% secara tahunan. Kinerja BNGA sebagian besar akan datang dari pertumbuhan pinjaman yang lebih kuat, yakni sebesar 8% dan provisi kredit yang sedikit lebih rendah, menjadi 2% Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BNGA dengan menaikkan target harga menjadi Rp 2.100 dari sebelumnya Rp 1.940. BNGA tetap menjadi pilihan utama Sucor Sekuritas untuk sektor perbankan menengah, mengingat peningkatan kualitas aset yang besar, peningkatan profitabilitas,
Current Account Saving Account (CASA) yang kuat, pembayaran dividen yang tinggi, dan valuasi yang murah Senada, Cheril menilai saham BNGA cukup menarik seiring pertumbuhan labanya yang signifikan di paruh pertama 2022, PBV yang murah, dan
dividend yield yang besar, hingga 8,4%. “Selain itu saham BBTN juga menarik karena PBV-nya termurah dibandingkan
peers. Laba BBTN juga bertumbuh,” pungkas Cheril.
Sementara itu, dalam jangka menengah hingga panjang, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan menguntungkan sektor perbankan. Dalam rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini, Cheril menilai kemungkinan besar BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menyusul kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi