Saham Bank Digital Masih Tertekan Sepanjang Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju saham bank digital, tampaknya tak semulus bank konvensional. Terpantau sejumlah saham bank digital masih belum keluar dari zona merah akibat tekanan makro ekonomi secara global. 

Misalnya, sejak awal tahun hingga Kamis (22/9), saham ARTO yang sudah anjlok 53,59% ke level Rp 7.425 per saham. Lalu, ada saham BANK yang turun 29,04%. 

Pelemahan juga terjadi pada saham BBYB yang ambles 60,65% ke posisi Rp 1.035 secara year to date (YtD). Kemudian, ada BBHI yang melemah 41,11% menuju Rp 2.370 per saham.


Baca Juga: Ekosistem Keuangan Digital Mengemas Produk Baru

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mencermati tekanan pada saham bank digital ini berasal dari faktor makro ekonomi dan juga sentimen terhadap sektor teknologi. Sementara sejak awal tahun, dia menilai keyakinan konsumen terhadap bank digital terlihat semakin meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pengguna dan dana pihak ketiga (DPK).

Sebagai contoh, jumlah nasabah pendanaan (funding) ARTO mencapai lebih dari 3 juta nasabah pada akhir Juni 2022. DPK ARTO juga mengembang 253% menjadi Rp 6,1 triliun secara tahunan.

Baca Juga: Tabungan Tak Lagi Menguntungkan, Tapi Tetap Diperlukan

“Kinerja bank digital akan terus membaik ditopang oleh permintaan kredit yang semakin besar, NIM yang semakin lebar dan juga biaya operasional yang mulai terjaga,” kata Edward kepada Kontan.co.id, Kamis (22/9). 

Senada, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana menuturkan kinerja saham bank digital ini masih terhambat dari makro ekonomi global, yang akhirnya mempengaruhi minat investor pada bank digital. Raditya menyebut kenaikan suku bunga dalam negeri akan menjadi katalis positif untuk saham bank digital ini karena dalam meningkatkan permintaan akan deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati