KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham-saham bank digital memasuki pekan ketiga Januari 2023 mulai positif. Sebagian besar saham sudah mulai berbalik arah. Di pekan lalu atau periode 16-20 Januari 2023, saham Bank Jago (
ARTO) tercatat meningkat 5,25% ke level Rp 3.210. Saham ini semakin menjauhi level psikologis Rp 3.000, setelah sempat terkoreksi ke Rp 2.770 pada pekan kedua lalu. Total volume perdagangan saham Bank Jago dalam sepekan mencapai 65,9 juta saham dengan nilai Rp 203,2 miliar. Investor asing mengakumulasi saham ARTO dengan nilai beli bersih Rp 9,92 miliar dalam sepekan.
Sementara PT Bank Aladin Syariah Tbk (
BANK) mencatat kenaikan 4,35% dalam sepekan ke level Rp 1.440, meski pada 2 hari terakhir terjadi koreksi. Namun demikian Aladin menjadi saham paling ramai diperdagangkan dengan volume sepekan mencapai 203,8 juta saham senilai Rp 302,4 miliar atau setara dengan rerata harian 40,76 juta saham senilai Rp 60,48 miliar. Selanjutnya PT Allo Bank Indonesia Tbk (
BBHI) yang naik 2,72% dalam sepekan ke level Rp 1.700. Bank yang dikendalikan oleh pengusaha Chairul Tanjung ini akan tetapi sepi dari perdagangan investor. Dalam sepekan hanya 1,8 juta saham yang diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp 3 miliar.
Baca Juga: Bank Ramai-ramai Hadirkan Layanan Digital Khusus Nasabah Korporasi Sedangkan PT Bank Raya Indonesia Tbk (
AGRO) mencatatkan harga saham Rp 368, atau tidak berubah dibandingkan penutupan perdagangan pekan sebelumnya. Anak usaha BRI ini mencatat volume perdagangan 73,6 juta saham dengan nilai Rp 27,5 miliar dalam sepekan, atau rata-rata harian 14,72 juta saham senilai Rp 5,5 miliar. Berbeda dengan empat bank lainnya,, PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) malah mencatatkan penurunan 3,55% dalam sepekan ke level Rp 680. Dalam sepekan, volume perdagangan mencapai 91,9 juta saham dengan nilai Rp 63,1 miliar. Analis menilai tidak meratanya pergerakan dan volume perdagangan saham bank digital disebabkan investor semakin selektif dalam berinvestasi. Menurut Analis BCA Sekuritas Muhammad Fakhrul Arifin, investor hanya memilih bank digital yang memiliki fundamental baik, sudah mencetak laba, fokus pada pertumbuhan berkualitas alias menghindari praktik bakar uang berlebihan dan memiliki prospek positif ke depan. Berbeda dengan tahun sebelumnya di mana aksi korporasi berperan dalam menggerakkan harga, pada tahun ini investor akan menagih kinerja masing-masing digital. Investor akan menghindari bank digital yang masih suka bakar uang untuk promosi. Bank yang kinerjanya baik, sudah mencetak laba dan fokus pada pertumbuhan yang berkualitas akan lebih diminati oleh para investor,” kata dia, Senin (23/1).
Fakhrul Arifin menambahkan bahwa investor akan mencermati dari peningkatan aset kredit, kemampuan menghimpun dana pihak ketiga terutama dana murah, tingkat efisiensi hingga kemampuan mencetak laba. Selain itu, rasio kredit bermasalah atawa
net performing loan (NPL) juga akan dicermati. Ia bilang, jumlah nasabah merupakan salah satu variabel yang penting. Namun investor juga mencermati berapa DPK yang dihimpun dan berapa persen komposisi dana murahnya. Investor suka pertumbuhan kredit yang tinggi, namun mereka akan mencermati
cost of credit hingga rasio NPL. Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menyarankan agar para investor juga mencermati mengenai valuasi dari bank digital. Pasalnya, ada bank digital yang memiliki valuasi sangat tinggi, namun masih mencatatkan rugi yang cukup besar. "Cermati juga dari sisi permodalan. Bank digital yang modalnya minim maka kemampuan ekspansinya akan terbatas. Padahal semua bank digital relatif baru dan membutuhkan modal yang besar dalam membangun infrastruktur dan ekspansi," imbuhnya.
Baca Juga: Tak mau kalah dengan Bank Konvensional, Bank Syariah Genjot Pembiayaan kepada UMKM Dari lima bank digital, dua di antaranya masih mencatatkan rugi pada kinerja Januari-September 2022. Keduanya adalah Bank Neo Commerce yang mencatatkan rugi Rp 601,2 miliar dan Aladin yang merugi Rp146,41 miliar. Adapun Bank Jago, Allo Bank dan Bank Raya sudah mencetak laba bersih. Dari sisi permodalan, hanya dua bank yang tercatat mempunyai modal mumpuni untuk menopang ekspansi beberapa tahun ke depan. Keduanya adalah Bank Jago yang memiliki modal Rp 8,28 triliun dan Allo Bank Rp 6,32 triliun. Sementara tiga bank lainnya baru memenuhi modal minimum Rp 3 triliun sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari