Saham Bank Kecil



KONTAN.CO.ID - Kompak dan serempak, harga saham sejumlah emiten bank kecil melesat tinggi. Bahkan harga saham Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) meroket lebih dari 1.300% sejak awal Februari.

Di peringkat kedua saham Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) yang melesat 352% dihitung dari awal tahun ini. Adapun saham Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), saham Bank Jago Tbk (ARTO), maupun Bank Ganesha Tbk (BGTG) melejit ratusan persen sejak awal tahun 2021.

Sentimen aksi korporasi yang menerpa bank kecil tadi menjadi bahan bakar utama lonjakan harga saham bank kecil itu ketimbang isu fundamentalnya. Maklum, sejumlah investor besar kabarnya siap mencaplok mereka dan berniat mengubahnya menjadi bank digital.

Government Investment Corporation (GIC), perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura, misalnya, akan masuk ke ARTO. Sebelum GIC, Gojek sudah lebih dulu memborong lebih dari 20% saham ARTO.

Sea Group, induk usaha e-commerce Shopee, juga disebut-sebut akan memborong saham BBNA. Sea Group juga dikabarkan akan mengubah BBNA menjadi bank digital.

Kabar masuknya investor besar inilah yang menjadi ajang spekulasi pengerek harga saham bank kecil. Fenomena baru nan ajaib pun tercipta di bursa saham. ARTO, ambil contoh, kini memiliki nilai kapitalisasi pasar (market cap) lebih dari Rp 100 triliun. Nilai tersebut hampir dua lipat dari market cap raksasa consumer goods Asia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang sebesar Rp 53 triliun. Padahal aset Bank JagoTbk tak lebih dari Rp 2 triliun, jauh di bawah aset INDF yang lebih dari Rp 160 triliun.

Secara umum, era bank digital memang merupakan keniscayaan. Kita tidak bisa mengelak dari kemajuan industri finansial berbasis teknologi informasi ini.

Proses transformasi bank digital pun menemukan momentum dari pandemi Covid-19 saat ini. Semua layanan keuangan bisa dituntaskan dari genggaman tanpa terkendala pembatasan sosial dan mobilitas akibat wabah korona.

Sejauh ini bagaimana wujud bank digital, seperti apa operasionalnya, bagaimana model bisnisnya, masihlah samar-samar. Yang pasti, bisnis bank digital jelas lebih kompleks dari sekadar memindahkan layanan perbankan ke dunia maya. Tumbuh kembang bank digital pun berkaitan dengan kesiapan regulasi, infrastruktur digital, keamanan sistem, hingga perlindungan nasabah.

Benar bahwa di ranah global ada We Bank di China, DBS di Singapura maupun Nubank di Brasil yang bisa menjadi role model bank digital dunia. Namun, model baku dan cerita sukses bank digital di Tanah Air belum ada. Sementara ekosistem dan daya dukung industri bank digital di Tanah Air pun masih tahap dini.

Oleh karena itulah ada baiknya investor saham, terutama investor ritel, berkepala dingin menyikapi fenomena saham bank kecil. Tetap cermati fundamental kinerjanya, sembari menanti kejelasan arah bisnis bank digital ke depan.

Penulis : Barly Halim Noe

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti