KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham-saham bank
second liner atau lapis dua kompak mengalami kenaikan dalam beberapa hari perdagangan di bursa saham. Bahkan saham-saham tersebut menjadi t
op gainers pada perdagangan Kamis (13/7) siang. Seperti misalnya PT Bank Ganesha Tbk (
BGTG) yang sejak 5 Juli hingga 12 Juli yang harga sahamnya melambung hingga 50%. Saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk (
MAYA) pada pada perdagangan Kamis, siang menjadi
top gainers dengan harga saham naik 16%. Disusul kemudian PT Bank Sinarmas Tbk (
BSIM) yang naik 4,5%, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 (SDRA) naik 4%, sementara bank lapis dua lainnya naik di bawah 4%.
Para analis saham memiliki pandangan dan penilaian yang berbeda terkait kenaikan harga saham-saham lapis dua ini. Sebagian analis menilai kenaikan harga saham pada bank-bank lapis dua tersebut terjadi seiring dengan tren naiknya harga saham-saham sektor perbankan.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Naik, Founder WH Project: Buy ASII, TKIM, IMPC, dan EAST Hari Ini Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menyampaikan harga saham lapis dua yang mengalami kenaikan tersebut disebabkan adanya sentimen positif di sektor perbankan, dimana emiten perbankan mempunyai fundamental yang kuat rasio yang stabil dan kuat dan ekspektasi pertumbuhan kredit tahun ini yang masih cukup tinggi di tengah ketidakpastian keuangan pasar modal global. "Secara general banking sektor atau sektor keuangan juga lebih unggul menjelang pemilu berdasarkan data historis," kata Arjun kepada Kontan, Kamis (13/7). Di sisi lain, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan jika melihat dari laporan kepemilikan BGTG, ada pemegang saham lama yang menambah porsi kepemilikannya secara signifikan, yakni Equity Global International Ltd dari sebelumnya kisaran 10% sekarang menjadi sekitar 23,93%. Lebih lanjut Pandhu menjelaskan untuk saham perbankan lapis dua, pergerakan sahamnya akan banyak didasari oleh aksi korporasi masing-masing, seperti misalnya diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan daya saing, atau bisa dikarenakan bank melakukan
rights issue untuk menambah modal dan memperbaiki struktur permodalan. "Tanpa aksi korporasi yang signifikan, biasanya akan cenderung bergerak pelan, sehingga jika telat masuk justru lebih berisiko," jelasnya. Phandu menjelaskan jika dilihat secara valuasi, rata-rata perbankan kecil, termasuk BGTG masih relatif rendah, dan besaran
price book value (PBV) berada di bawah PBV saham bank lapis satu.
Baca Juga: Kuartal I-2023, Kinerja Emiten Bank Lapis Dua Masih Solid "Berdasar statistik IDX bulan Juni lalu, rata-rata PBV perbankan 0,89x sedangkan BGTG saat ini sekitar 0,71 masih sedikit di bawah rata-rata. perbankan kecil lain yang PBV rendah antara lain BCAP, BKSW, MCOR, MAYA, BVIC, SDRA," kata Pandhu. Dengan melihat harga saham yang murah, juga menjadi alasan dasar para investor untuk mengoleksi saham perbankan kecil dan membuat harganya melonjak sepekan terakhir. Alasan lainnya yang memungkinkan adalah para investor melihat adanya sentimen positif dari proyeksi suku bunga yang mendekati akhir dari siklus, di mana para pelaku pasar mulai mengantisipasi akan mulai terdapat pemangkasan bunga pada akhir tahun sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi lebih kuat. Di sisi lain meski tidak sekuat daya tahan bank-bank big caps, bank lapis dua selama memiliki fundamental yang baik dan adanya potensi valuasi di masa yang akan datang, maka membeli merupakan kesempatan bagi investor, sementara pilihan lainnya adalah menunggu. "Rekomendasi kami untuk saham perbankan lapis dua cenderung untuk t
rading buy, risikonya lumayan tinggi karena sudah naik cukup tinggi sepekan terakhir, namun secara momentum masih cenderung menguat dalam jangka pendek," kata Nafan.
Baca Juga: Kinerja Bank Menengah Mulai Mengendur Nafan juga mengatakan belum ada alasan kuat secara fundamental selain valuasinya yang relatif rendah. Sehingga kemungkinan kenaikan ini mungkin tidak akan bertahan lama dan perlu dipantau lebih ketat.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta mengatakan harga saham yang murah jika dilihat dari besaran PBV juga tidak bisa menjadi patokan membeli saham tersebut, dia bilang "Tapi perlu dilihat juga valuasinya ya, bank lapis dua tersebut (BGTG, MAYA) valuasinya masih kecil, jadi not rated untuk rekomendasinya. Kalau mau saya rekomendasikan BRIS," kata Nafan. Sementara itu Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus merekomendasikan merekomendasikan bank-bank lapis dua dengan valuasi yang lebih baik. "Kalau boleh menyampaikan rekomendasinya ada BNGA, BRIS, BTPN ini terliha tmenarik," katanya kepada Kontan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli