Saham bank masih jadi pilihan



JAKARTA. Tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan lebih baik dari tahun ini, seiring upaya pemerintah memperbaiki neraca perdagangan. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker berpendapat, defisit neraca berjalan diharapkan bisa dikendalikan. Tak pelak, hal ini akan memberi imbas yang positif untuk saham-saham emiten perbankan yang menjadi penggerak ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi diharapkan mencapai 5,5% di tahun depan. Sementara suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) bisa melandai. Rencana The Fed menaikkan suku bunga secara perlahan, juga menjadi peluang yang bisa membuat BI rate turun.

Pertumbuhan kredit emiten perbankan juga diperkirakan bisa tetap stabil. Belakangan ini, memang ada kekhawatiran nilai tukar rupiah tak terkendali. Namun, itu hanya faktor psikologi.


Saham sektor perbankan sempat tak bergerak terlalu besar sejak harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Namun, sekarang saham perbankan cenderung bergerak positif.

Secara year to date, perbankan menduduki sektor saham yang membukukan pertumbuhan paling tinggi kedua setelah sektor properti dan konstruksi, yakni meningkat 34,44%. Saya melihat, bank dengan kapitalisasi pasar besar akan mudah diuntungkan dari pergerakan ekonomi tahun depan.

Model ekonomi yang digunakan SBY dan Presiden Jokowi cenderung berbeda. Kini, Jokowi lebih banyak menggerakkan ekonomi kerakyatan, sehingga bank yang banyak bergerak di sektor mikro juga bakal diuntungkan. Makanya, Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pun masih menjadi saham pilihan.

Selain karena aset yang besar, BBRI juga memiliki valuasi yang lebih murah dibandingkan saham bank lain. Selain BBRI, saya merekomendasikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Dalam jangka pendek, pasar memang tengah rawan koreksi. Namun, di jangka panjang, pasar akan mengalami pemulihan, sehingga, masih bisa menggunakan strategi buy on weakness untuk saham-saham perbankan.          n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana