JAKARTA. Saham perbankan The Big Four menarik. Tapi saham di luar empat besar itu juga tak kalah menarik. Secara makro, anggaran belanja infrastruktur di Indonesia plus terus bertambahnya masyarakat kelas menengah akan mengkilapkan prospek fundamental saham perbankan kategori second
liner. "Kami melihat, sentimen itu bisa memberikan peluang besar bagi perbankan menengah untuk dapat menyalurkan kredit," kata analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Bima Setiaji kepada KONTAN, Senin (8/5).
Tingkat Keyakinan Konsumen yang tinggi menunjukkan kesejahteraan masyarakat membaik. Artinya, daya beli masyarakat tetap tinggi ke depan yang pada akhirnya membuat permintaan kredit juga terus terjaga. Yang paling penting, lanjut Bima, pertumbuhan pertumbuhan laba bersih perbankan erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Korelasinya positif, sehingga, saat pertumbuhan ekonomi baik, maka kinerja perbankan ikut lebih positif. Prospek itu juga masih dipoles dengan prospek internal masing-masing perbankan. Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang mencatat kenaikan tertinggi se-Asia Tenggara secara
year to date misalnya. BNLI sudah mencetak laba bersih Rp 453 miliar per kuartal I 2017 dari sebelumnya rugi pada Desember 2016. Ini tak lepas dari upaya manajemen BNLI terus melikuidasi portofolio kredit macet atau
non performing loan (NPL) secara bertahap. Efeknya, rasio NPL Gross BNLI tercatat sebesar 6,4% per 31 Maret 2017, turun dari 8,8% pada Desember 2016. BNLI juga telah memperoleh laba penjualan agunan diambil alih sebesar Rp 3,6 triliun, dari tahun sebelumnya yang tidak ada sama sekali.
Naik tingginya harga saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga merupakan respon investor atas prospek fundamental BNGA ke depan. BNGA secara resmi ditetapkan sebagai bank BUKU IV. BNGA juga menargetkan pertumbuhan kredit 8%-10%. Belum berhenti sampai di situ, BNGA mulai , seperti restrukturisasi bisnis di segmen kredit kendaraan ke arah menengah ke atas. "BNGA tengah memperbaiki beberapa kesalahan di masa lalu, kata Richard Jerry, analis BNI Securities Richard Jerry dalam riset 28 April lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto