Saham bank small-medium cap diuntungkan



KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) pada Agustus lalu menurunkan BI 7-Days Repo Rate dari 4,75% menjadi 4,5%. Tak hanya bank medium-high cap yang diuntungkan dengan kebijakan tersebut, bank kategori small-medium cap  juga turut merasakan dampak positif.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, penurunan suku bunga acuan oleh BI akan berdampak positif bagi bank. Hal ini mengingat penurunan suku bunga akan menurunkan cost dana pihak ketiga (DPK).

Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya menyebut, penurunan suku bunga ini lebih banyak berpengaruh ke emiten bank dengan kategori mid-high cap. Meski demikian, melihat tujuan penurunan suku bunga, yakni untuk menggerakkan sektor riil, maka bank dengan kategori small-med cap juga turut diuntungkan.


“Salah satunya yang mendapatkan porsi lebih yaitu yang lebih fokus di mikro,” tutur William, Minggu (11/9). Dalam hal ini, William memandang perbankan dengan kategori small-medium cap lebih dekat dengan pendanaan mikro, seperti pendanaan UMKM.

Analis Bahana Sekuritas, Henry Wibowo dalam riset menyebut, tujuh bank kategori small-med cap, seperti BNGA, PNBN, BDMN, BTPN, BBKP, dan BJBR memperlihatkan pertumbuhan laba bersih 24,9% year-on-year per Juli 2017. Pertumbuhan laba bersih ini naik tipis dari Juni 2017 sebesar 24,3%.

Begitu pula dengan kredit yang tumbuh 5,6% yoy per Juli 2017, naik tipis dari Juni 2017 sebesar 5,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit bank small-middle cap masih terus tumbuh, bahkan saat pertumbuhan kredit secara umum tak begitu mentereng.

Itu sebabnya, William melihat prospek saham small-medium cap bank masih bagus hingga akhir tahun nanti. Mengingat sektor perbankan masih tetap menjadi urat nadi perekonomian negara. Hanya saja, harga sahamnya tak akan jauh berbeda dengan harga sekarang.

Saham yang menarik menurut William adalah saham perbankan BUMD. “Alokasi infrastruktur pemerintah kan masuknya ke BUMD,” tutur Wiliam.

Selain itu, harga saham BUMD stabil. Beberapa bank small-med cap dalam 1-2 tahun belakangan menorehkan harga yang cukup fluktuatif. Sebagai contoh, Bank Niaga, Bank Panin dan Bank Danamon.

Jika harus memilih swasta, William cenderung melirik Bank Danamon. “Kenaikannya stabil, walaupun volatil dalam jangka waktu lama itu cukup tinggi,” tambahnya.

Sementara, Hans melihat dengan pertumbuhan kredit yang lambat, harga saham bank sulit  naik banyak. Ia melihat hingga akhir tahun ini saham bank tetap sulit naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini