KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) dalam perdagangan Selasa (5/6) ditutup dengan harga Rp 925 per saham. Ini artinya, harga saham Bank Tabungan Negara (
BBTN) melesat 21,71% dibandingkan harga pekan lalu. Ini menjadikan saham Bank Tabungan Negara (
BBTN) menjadi salah satu saham pencetak keuntungan alias
top gainer dalam perdagangan saham di bursa saham Indonesia, Selasa (5/6). Kabar pasar yang masuk ke kontan, pencetus kenaikan harga saham
BBTN terpicu oleh keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Di PP ini, Tapera resmi lahir di akhir semester I 2020 ini.
Tabungan perumahan rakyat ini akan mewajibkan seluruh pekerja untuk memiliki simpanan perumahan. Adalah Badan Pengelola Tapera yang akan menjadi pengelolanya.
Baca Juga: PP Tapera resmi terbit, pekerja dan perusahaan bersiaplah alokasikan iuran baru Dalam bisnisnya mengelola simpanan, BP Tapera akan menjalin kerjasama dengan perbankan dalam penyediaan kredit rumah bagi pekerja. “Bank spesialis kredit perumahan adalah Bank Tabungan Negara,” bisik sumber kontan yang tak mau disebutkan namanya, Selasa (5/6). Apalagi, seiring ditekennya PP, BP Tapera dan Bank Tabungan Negara (
BBTN) akan meluncurkan proyek percontohan perumahan bagi pekerja. Nilainya Rp 2 triliun. Rencananya, proyek ini dimulai pada semester II. Tak menampik rencana ini, Nixon Napitupulu, Direktur Keuangan Bank Tabungan Negara (
BBTN) menyebut, pilot project tersebut masih dalam diskusi dengan
stakeholder, seperti BP Tapera, Kementerian Pu-Pera hingga Kementerian Keuangan. Adapun Komisioner BP Tapera Adi Setiono kepada kontan juga menyebut, BP Tapera masih harus kita konsultasikan dengan Kementrian Pu-Pera, Kementerian Keuangan dan Komite Tapera. Tak hanya itu, kabar yang sampai ke Kontan, kenaikan harga saham
BBTN juga terpacu masuknya
BBTN ke MSCI Small Cap Indonesia Index. Dua faktor ini pula yang mengungkit kenaikan harga saham BBTN hingga 21,71%. Nixon mengatakan, kenaikan harga saham
BBTN lantaran harga saham
BBTN sebelumnya di bawah fundamental bank spesialisasi kredit perumahan. Meski laba Bank Tabungan Negara (
BBTN) kuartal I 2020 turun 36,79% menjadi Rp 457 miliar jika dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 723 miliar., namun laba kuartal I
BBTN lebih baik dari laba 2019 yang hanya Rp 209, 26 miliar. Menurut Nixon, kinerja Bank Tabungan Negara (
BBTN) sejauh ini masih sejalan dengan target bisnis bank milik negara ini. Tahun ini,
BBTN berharap bisa meraih pendapatan (
earning) Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun dengan net interest margin di kisaran 3,4% di tahun ini. Adapun target kredit
BBTN tahun ini dalam kisaran 4%-5% tahun ini, yang sebagian besar berasal dari pasar perumahan bersubsidi. “Akhir tahun, rasio kecukupan modal atau CAR BBTN bisa mendekati 19%,” ujar Nixon. Bank Tabungan Negara (
BBTN) juga memiliki likuiditas tambun yakni lebih dari Rp 20 triliiun. Ini masih akan disokong dengan tambahan likuiditas sebesar Rp 1,1 triliun dari pengurangan
reverse ratio 0,5% pada deposito rupiah di bulan April dan Rp 4,4 triliun dari penurunan
reverse ratio 2% atas deposito rupiah pada bulan Mei. Walhasil, “Likuiditas kami lebih dari cukup saat ini,” ujar Nixon kepada Kontan, Selasa (5/6). Risiko bisnis Bank Tabungan Negara (
BBTN) juga terkendali. Pencadangan kredit bermasalah atau non performing loan juga telah memiliki CKPN lebih dari 100% (105,7%). Tak hanya itu saja, nilai agunan rata-rata untuk pinjaman di
BBTN sebesar 160%. “Sekalipun jika harga rumah turun 40%, yang tidak mungkin, pinjaman akan tetap 100% tertutup,” ujar dia.
Berdasarkan portfolio kredit perumahan, sekitar 56% dari pinjaman hipotek
BBTN adalah untuk rumah bersubsidi, adapun sisanya 44% untuk rumah tanpa subsidi. Dalam hal unit hipotek, 73% untuk rumah bersubsidi dan 27% untuk rumah tanpa subsidi. Dari hipotek non-subsidi, sebanyak 77% dengan kredit kurang dari 500juta, 21% antara Rp 500juta-Rp 2 miliar, dan sisanya sekitar Rp 2 miliar. “Sejauh ini. pasar perumahan untuk rumah-rumah bersubsidi dan Rp 500 juta dengan harga sementara tetap yang Rp2miliar terpengaruh dengan koreksi harga berkisar 20%-30%,” jelas Nixon. Sampai April 2020, kredit
BBTN tumbuh 2,52% yoy menjadi Rp 227,63 triliun. Segmen kredit perumahan (KPR) subsidi menjadi penopang utama kredit
BBTN dengan pertumbuhan 8,5%. Sedangkan KPR non subsidi pertumbuhannya nyaris negatif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana