KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada bulan Mei 2024 Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah dua kali melakukan penghentian sementara (suspensi) terhadap saham PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN). Suspensi diberikan kepada BREN di tengah tren harga saham yang masih menanjak. Yang terbaru, BEI melakukan penghentian sementara perdagangan saham BREN di Pasar Reguler dan Pasar Tunai mulai sesi I perdagangan Senin, 27 Mei 2024. Suspensi dikenakan kepada BREN sampai dengan Pengumuman Bursa lebih lanjut. BEI memberikan suspensi sehubungan terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BREN. Suspensi ini tertuang dalam pengumuman BEI tertanggal 22 Mei 2024 yang ditandatangani oleh Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Yulianto Aji Sadono dan Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan Pande Made Kusuma Ari A.
Baca Juga: Saham Barito Renewables (BREN) Kena Suspensi BEI Pada Perdagangan Senin (27/5) Ini merupakan kali kedua saham BREN disuspensi pada bulan Mei. Sebelumnya, BEI melakukan penghentian sementara perdagangan saham BREN pada perdagangan 3 Mei 2024. Alasannya sama, karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BREN. Sehingga BEI perlu melakukan cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor. "Penghentian sementara perdagangan saham BREN tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya," ungkap pengumuman Bursa pada 2 Mei 2024. Namun suspensi tersebut tak berlangsung lama. BEI kembali membuka gembok saham BREN mulai perdagangan 6 Mei 2024. Selepas suspensi, laju saham BREN ternyata masih menanjak. Lonjakan harga tersebut membawa BREN menjadi saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di BEI. Hingga perdagangan Rabu (22/5), BREN memiliki market cap senilai Rp 1.505 triliun. Harga saham BREN mengalami penguatan 4,65% sepanjang pekan lalu dan menjadi saham top leaders penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Harga BREN kini bertengger di level Rp 11.250 per saham, dan telah mengakumulasi kenaikan 50,50% secara year to date. Sekadar mengingatkan, BREN merupakan anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Emiten milik taipan terkaya di Indonesia dan konglomerat terkaya ke-23 di dunia versi Forbes, Prajogo Pangestu itu menguasai 64,66% saham BREN. Sementara itu, 23,60% saham BREN dipegang oleh Green Era Energy Pte. Ltd. Sedangkan kepemilikan publik pada saham BREN sebesar 11,73%. Kabar teranyar, pada akhir pekan lalu FTSE Russell mengumumkan evaluasi kuartalan indeks yang memasukkan BREN ke dalam FTSE Global Equity Index kategori Large Cap. Periode konstituen akan berlaku setelah penutupan perdagangan 21 Juni 2024 atau efektif mulai Senin, 24 Juni 2024.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BREN & TPIA yang Masuk Indeks Global Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mengamati mayoritas saham yang masuk menjadi konstituen indeks global cenderung mengalami kenaikan harga. Terutama karena dorongan respons positif pelaku pasar mengantisipasi potensi aliran (inflow) dari investor asing.
Hanya saja, Abdul Haq mengingatkan kenaikan harga itu tidak berlangsung jangka panjang. Bahkan dalam beberapa kasus cenderung bersifat spekulatif dan euforia sesaat dari pelaku pasar. Setelah sentimen mereda, tren harga saham kembali pada fundamental atau prospek kinerja masing-masing emiten. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, pelaku pasar perlu waspada lantaran ketika pemberlakuan efektif indeks, biasanya akan dimanfaatkan untuk aksi profit taking. Dus, di balik potensi penguatan jangka pendek akibat rebalancing indeks, ada peluang untuk terjun akibat aksi profit taking. Apalagi secara valuasi pun saham BREN sudah terbilang sangat mahal. Founder WH-Project William Hartanto melanjutkan, analisa teknikal menjadi faktor krusial dalam menentukan momentum yang tepat untuk koleksi atau profit taking. Terutama untuk saham yang sudah terbang tinggi dalam jangka waktu cukup lama seperti BREN, yang membuat tingkat risiko semakin tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi