Saham batubara berpotensi tertekan



KONTAN.CO.ID - Rencana pemerintah mematok harga batubara domestic market obligation (DMO) membuat saham-saham emiten batubara longsor. Penurunan terdalam terjadi pada saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang sahamnya turun 17,25% ke Rp 10.075 per saham. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga turun 8,04% menjadi Rp 1.715. 

Analis OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, pemerintah sejatinya punya tujuan baik, yakni agar harga listrik di dalam negeri tetap stabil. Hanya saja, isu ini membuat pelaku pasar khawatir penyesuaian harga batubara tersebut berdampak negatif pada bisnis emiten, terutama yang memasok batubara ke Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengatakan, intervensi pemerintah melalui batas harga batubara membuat emiten tak dapat memanfaatkan keuntungan optimal ketika harga batubara naik.  


Menurut Riska, sejak 2016 lalu, kinerja dan harga saham emiten batubara bisa naik seiring kenaikan harga batubara global. "Tapi jika nanti ketika harga batubara global naik  dan perusahaan batubara tak bisa menikmati kenaikannya, ini akan membebani kinerja," ujar Riska, Rabu (13/9).

Tapi, Norico menilai kebijakan ini juga bisa menguntungkan emiten. Sebab, perusahaan batubara berpeluang mendapatkan kepastian kontrak pembelian batubara jangka panjang dari PLN.

Paling terdampak

Isnaputra Iskandar, Analis Maybank Kim Eng Sekuritas, mengatakan, PTBA akan menjadi emiten yang paling terpapar sentimen ini. Pasalnya, 60% penjualan PTBA dialokasikan untuk pasar domestik. Tapi, nampaknya seluruh emiten batubara akan ikut terimbas dalam jangka pendek. 

Bahkan, PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), yang hanya fokus di pasar ekspor juga turut terimbas sentimen negatif. Namun, Isnaputra menilai, masih ada beberapa isu yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah sebelum menetapkan aturan ini. 

Salah satunya adalah average selling price (ASP) akan menjadi lebih rendah. Padahal, royalti bagi pemerintah akan dihitung berdasarkan ASP. Dengan kondisi pemerintah yang saat ini tengah gencar mencari pendanaan, ia tidak yakin aturan ini akan disetujui dengan mudah. 

Sebaliknya, jika pemerintah bergerak cepat memproses kebijakan ini, Riska menilai dampaknya akan langsung dirasakan pada tahun depan. Dus, saham sektor batubara akan makin melorot. Di sisi lain, perusahaan batubara dinilai masih bisa menetralisir kebijakan tersebut dengan diversifikasi usaha. Emiten dapat pula memperluas pasar di negara lain. 

Dalam waktu dekat, Riska menilai harga saham emiten batubara akan masuk ke fase downtrend. Ia merekomendasikan buy on weakness untuk saham ADRO di harga Rp 1.500-Rp 1.700 dan ITMG di harga Rp 17.500-Rp 18.000.

Norico juga menyebut ADRO dan ITMG masih layak dikoleksi untuk investasi jangka panjang karena bisnisnya terdiversifikasi. Sementara itu, Isnaputra menilai ITMG layak diperhatikan dengan target harga Rp 25.000,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati