Saham BBCA longsor 3,34% sehari, PER dan PBV kian kecil, mau?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Senin (2/3) saham BBCA (Bank Central Asia Tbk.) ditutup turun. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBCA persis di harga penutupan Rp 30.400 per saham.

Dibandingkan dengan penutupan Jumat (28/2), harga saham BBCA turun 3,34% dari Rp 31.450.

Mencatatkan harga tertinggi Rp 31.450 dan harga terendah Rp 30.175, saham BBCA turun Rp 1.050 per saham dalam sehari.


Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (25 Februari 2020), harga saham BBCA hari ini turun 6,89 % dibanding harga saat itu (Rp 32.650).

Begitu pula, jika kita hitung sejak 30 hari yang lalu (03 Februari 2020), harga saham emiten ini turun 5,59%, dari semula (Rp 32.200).

Adapun sejak setahun lalu (03 Maret 2019) harga saham BBCA masih naik 10,24% dari harga saat itu (Rp 27.575).

Baca Juga: Saham BBRI anjlok 5% dan PER pun semakin rendah, tertarik menadah?

Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 1.159, maka price to earning ratio (PER) saham ini 26,23 kali. Adapun price to book value-nya (PBV) 4,31 kali.

Pada akhir sesi perdagangan, Senin (2/3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dalam.

Ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup hari perdagangan, IHSG berada di angka indeks 5.361,25. Itu berarti dalam sehari indeks utama di bursa saham Indonesia ini turun 1,68%.

Baca Juga: Pasar keuangan bergejolak, investor lebih pilih emas

Penurunan IHSG itu ternyata sejalan dengan kondisi indeks sektoral. Dari 10 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, sembilan di antaranya negatif.

Sektor-sektor yang turun adalah:

  1. Sektor Manufaktur (-0,53%),
  2. Sektor Perdagangan (-0,59%),
  3. Sektor Pertanian (-0,70%),
  4. Sektor Barang Konsumsi (-0,79%),
  5. Sektor Konstruksi (-1,23%),
  6. Sektor Industri Dasar (-1,47%),
  7. Sektor Infrastruktur (-1,54%),
  8. Sektor Tambang (-1,58%)
  9. Sektor Keuangan (-3,05%).
Adapun satu indeks sektoral yang positif alias naik adalah sektor Aneka Industri (2,23%).

Tampak bahwa penurunan terdalam perdagangan ini menimpa indeks sektor Keuangan. Adapun kenaikan paling tinggi dialami indeks sektor Aneka Industri.

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana