Saham BBCA melesat 3,95% sehari, pembeli sebulan lalu masih minus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selasa (3/3) saham BBCA (Bank Central Asia Tbk) ditutup menghijau. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBCA persis di harga penutupan Rp 31.600 per saham.

Dibandingkan dengan penutupan Senin (2/3), harga saham BBCA naik 3,95% dari Rp 30.400.

Saham BBCA dibuka di atas harga penutupan sehari sebelumnya, tepatnya pada harga Rp 31.000 per saham.


Baca Juga: Harga saham BBRI melonjak 3,02%, selamat bagi yang berani beli tadi pagi

Mencatatkan harga tertinggi Rp 31.750 dan harga terendah Rp 31.000, saham BBCA ditutup Rp 1.200 per saham dalam sehari.

Pada saat penutupan, harga bid Rp 31.600 per saham. Di lain sisi, harga offer terendah di Rp 31.650 per saham.

Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (25 Februari 2020), harga saham BBCA hari ini turun 3,22 % dibanding harga saat itu (Rp 32.650).

Begitu pula, jika kita hitung sejak 30 hari yang lalu (3 Februari 2020), harga saham emiten ini minus 1,86%, dari semula (Rp 32.200).

Adapun sejak setahun lalu (3 Maret 2019) harga saham BBCA sudah naik 14,60% dari harga saat itu (Rp 27.575).

Baca Juga: Saham blue chips kembali jadi penggerak IHSG

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBCA mencapai Rp 723,10 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 229.327 lot.

Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 1.159, maka price to earning ratio (PER) saham ini 27,26 kali. Adapun price to book value-nya (PBV) 4,48 kali.

Pada akhir sesi perdagangan, Selasa (3/3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik lumayan tinggi. 

Ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup hari perdagangan, IHSG berada di angka indeks 5.518,63.

Itu berarti dalam tempo 7 jam perdagangan, indeks utama di bursa saham Indonesia ini naik sebesar 2,94%.

Baca Juga: Asing net sell, IHSG berhasil melonjak 2,94% ke 5.518 pada akhir perdagangan hari ini

Kenaikan IHSG itu ternyata sejalan dengan situasi indeks sektoral. Dari 10 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, seluruhnya positif. Berikut angkanya:

  1. Sektor Infrastruktur (4,23%),
  2. Sektor Barang Konsumsi (3,90%),
  3. Sektor Manufaktur (3,35%),
  4. Sektor Aneka Industri (2,84%),
  5. Sektor Keuangan (2,79%),
  6. Sektor Pertanian (2,75%),
  7. Sektor Industri Dasar (2,69%),
  8. Sektor Tambang (2,67%),
  9. Sektor Konstruksi (2,02%)
  10. Sektor Perdagangan (1,50%).
Tampak bahwa kenaikan paling tinggi terjadai pada indeks sektor Infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana