KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali ditutup menguat pada akhir pekan ini. Hingga penutupan perdagangan Jumat (12/9), BBCA naik 0,96% menjadi Rp 7.925 per saham. Sejalan dengan itu, investor asing juga terlihat kembali masuk ke saham bank swasta terbesar di Indonesia ini. Pada perdagangan akhir pekan, BBCA mencatatkan net foreign buy senilai Rp 121,14 miliar.
Prospek Fundamental BBCA
Analis Trimegah Sekuritas, Jonathan Gunawan, menjelaskan bahwa pada dasarnya BCA dikenal memiliki model bisnis yang prudent dan konservatif dalam menyusun rencana bisnis bank. Sehingga tidak heran, bank ini kerap mencapai target, baik dari sisi penyaluran kredit hingga bottom line. Baca Juga: Beban Bunga Naik 7,6% di Juli 2025, BCA Optimalkan CASA Buat Dongkrak PendapatanPertumbuhan Kredit Produktif
Jonathan mencontohkan, manajemen tetap pada pedoman target pertumbuhan kredit 6% hingga 8% pada 2025, padahal pada semester I-2025 saja pertumbuhannya sudah mencapai 12,9%. “Jadi target kredit dari manajemen besar kemungkinan akan tercapai, bahkan terlampaui," ujarnya Jumat (12/9). Jika dirinci lebih dalam, pertumbuhan kredit BBCA pada semester I-2025 banyak disumbang sektor produktif, terutama:- Segmen korporasi tumbuh 16,1% (yoy)
- Segmen komersial naik 12,6%
- Segmen SME meningkat 11,1%
- Sektor konsumer juga tumbuh moderat 7,6%
Likuiditas Ample dan CASA Dominan
Dari sisi pendanaan, CASA BCA mencapai Rp 982 triliun, setara 82,5% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di 78%. Sementara itu, total secondary reserves & marketable securities BBCA mencapai Rp 433 triliun atau sekitar 29% dari total aset. “Likuiditas BBCA sangat ample sehingga tidak perlu terlibat dalam kompetisi bunga deposito yang ketat. Likuiditas ini juga lebih dari cukup untuk mendukung ekspansi kredit,” ujar Jonathan.BBCA Chart by TradingView
Kinerja Semester I-2025
Sepanjang semester I-2025, BCA berhasil mencatat laba bersih Rp 29 triliun, tumbuh 8% yoy.- Net interest income naik 7%
- Non-interest income melonjak 10,6%, didorong peningkatan fee-based income dan trading income
- Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga di 2,2% dengan coverage ratio 167%