KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir saham
big caps, seperti
BBCA,
BBRI,
TLKM,
BMRI,
INCO,
CPIN,
ITMG, dan
ASII dilanda aksi jual. Seminggu terakhir, asing juga melepas saham-saham tersebut. Analis Investindo Nusantara Pandhu Dewanto melihat melihat penyebab utama aksi jual asing terhadap saham-saham
big caps adalah keputusan kenaikan suku bunga the Fed yang lebih agresif tengah bulan lalu dan diperkirakan masih akan berlanjut pada bulan Juli nanti. "Hal ini direspon dengan terjadinya
capital outflow terutama dari
emerging market termasuk Indonesia, tercermin juga dari nilai kurs dollar terhadap rupiah yang bergerak menguat sejak awal bulan Juni dan kini sudah mencapai sekitar Rp 14.850 mendekati area tertinggi 2 tahun terakhir," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/6).
Aksi jual itu menyebabkan posisi
big caps rata-rata mulai diperdagangkan di bawah kisaran harga wajarnya. Walau begitu, Pandhu menilai harganya belum pada level yang benar-benar murah mengingat potensi perlambatan pertumbuhan yang membayangi kinerja di masa mendatang seiring dengan kenaikan inflasi, suku bunga, dan pergerakan harga komoditas.
Baca Juga: Masuk Kuartal III-2022, Berikut Sektor dan Saham yang Menarik Dilirik Kebijakan agresif The Fed untuk memerangi inflasi dengan menaikkan suku bunga masih menjadi perhatian utama, mengingat setiap dilakukan akan segera disusul dengan gelombang
capital outflow yang berpotensi menyeret harga saham
big caps kembali terkoreksi. "Namun selama emiten mampu membuktikan kinerja mereka yang kuat maka tidak perlu khawatir, justru ada peluang yang cukup menarik untuk dimanfaatkan," katanya. Secara valuasi pihaknya melihat BBRI dan BMRI sudah mulai murah lantaran memiliki kinerja solid hingga tengah tahun ini dan diperkirakan masih dapat mempertahankan pertumbuhan positifnya tahun ini. Oleh sebab itu, saat terjadi koreksi dapat dipertimbangkan untuk mulai mengoleksinya. "Apalagi secara siklus, biasanya gejolak akan berakhir pada kisaran bulan Oktober-November, setelah itu cenderung bergerak menguat," lanjutnya. Untuk saham INCO, ITMG, dan ASII dinilainya dari terjadinya koreksi pada harga komoditas belakangan ini sehingga menjadi sentimen negatif. Harga komoditas yang tinggi seperti beberapa bulan terakhir diperkirakan akan berangsur turun seiring dengan pasokan yang semakin pulih. Hal ini berpotensi memangkas proyeksi pertumbuhan bagi emiten di sektor komoditas meski secara kinerja keuangan tahun ini masih akan membukukan hasil yang positif karena selisih harga komoditas masih cukup tinggi dibanding tahun lalu.
"Selama harga komoditas masih turun tentunya akan sulit bagi emiten di sektor ini untuk membalikkan tren. Yang bisa diharapkan mungkin adalah momen dividen, tetapi karena baru saja musim dividen lewat maka belum ada katalis selain dari rilis laporan keuangan kuartal kedua nanti," tuturnya.
Untuk BBCA TLKM dan CPIN, secara valuasi masih berada di kisaran harga wajar. Belum terlalu murah, sehingga untuk saat ini cenderung
wait and see. Namun jika terjadi koreksi yang cukup dalam dinilai menarik untuk diperhatikan, mengingat saham-saham tersebut
market leader di industri masing-masing sehingga sudah terbukti kuat selama bertahun-tahun. Dengan demikian, untuk target 12 bulan ke depan Pandhu memperkirakan target harga BBRI Rp 5.225, BMRI Rp 9.800, BBCA Rp 8.200, TLKM Rp 4.500, CPIN Rp 6.525.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi