KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) terjun dalam lima perdagangan beruntun, dan ditutup merosot 0,37% ke level 7.606,60 pada Selasa (29/10). Pelemahan IHSG ikut terseret oleh penurunan saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap). Lima di antara 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar (top 10 market cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan harga dan menekan indeks (
laggards). Secara
year to date, sejumlah saham penghuni top 10 market cap juga masih belum bisa keluar dari daftar
top laggards. Adapun, saling salip di jajaran top 10 market cap berlangsung sengit. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) kokoh di puncak dengan kapitalisasi pasar Rp 1.281 triliun. Jauh meninggalkan market cap emiten lainnya yang berada di bawah Rp 1.000 triliun.
PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) masih berada di posisi kedua. Market cap BREN ikut menyusut menjadi tinggal Rp 910 triliun sejalan dengan penurunan harga sahamnya sejak bulan lalu.
Baca Juga: Ini Daftar Saham Pilihan dari Indeks Kompas100 untuk Sisa Tahun 2024 Emiten lain yang masih menghuni top 10 market cap adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Bayan Resources Tbk (
BYAN), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (
DSSA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM). Sementara itu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (
PANI) berhasil merangsek ke top 10 market cap di BEI dengan kapitalisasi pasar Rp 253 triliun. Emiten milik taipan Aguan ini menggusur PT Astra Internasional Tbk (
ASII) yang sudah terlempar dari jajaran top 10 market cap. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni mengamati, rotasi di jajaran top market cap tidak selalu mencerminkan performa fundamentalnya. Pada saat yang sama, pergeseran posisi market cap saat ini juga terjadi karena pergerakan sejumlah saham big bank mengalami konsolidasi. "Dampak terhadap pergerakan IHSG pasti cukup besar, karena market cap yang jumbo dengan beberapa nama besar bergerak turun. Ada juga yang sudah keluar dari top 10," kata Agung kepada Kontan.co.id, Selasa (29/10).
Baca Juga: IHSG Melemah 5 Hari, Saham Perbankan Jadi Top Laggards pada Selasa (29/10) Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani menambahkan, rotasi di barisan top 10 market cap belakangan ini lebih dominan disebabkan oleh aksi korporasi dan sentimen yang mengiringi masing-masing saham. Dia mencontohkan BREN yang market cap-nya tergerus usai harga sahamnya terjun akibat sentimen tercoret dari indeks FTSE. Kemudian, saham DSSA mampu bertahan di jajaran top 10 lantaran harga sahamnya lanjut menanjak usai menggelar
stock split. Sedangkan saham PANI mampu menembus top 10 karena terdongkrak oleh sejumlah sentimen, termasuk aksi
private placement. Dengan posisi saat ini, Dimas memandang pergerakan IHSG tidak lagi hanya dominan dipengaruhi oleh saham-saham big bank. "Ketika saham lain di dalam top 10 bergerak menguat, maka IHSG juga berpotensi mengalami penguatan di tengah pelemahan yang terjadi pada saham
big banks. Begitu pun sebaliknya," imbuh Dimas.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.606 Selasa (29/10), BBRI, BBCA, BMRI Paling Banyak Net Sell Asing Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyoroti, di samping menjadi indikasi untuk melihat arah IHSG, saham
big cap juga mencerminkan sensitivitas terhadap aliran dana dari investor asing. Dus, prospek saham big cap tak bisa dilepaskan dari faktor eksternal yang memicu
capital inflow atau
outflow dari investor asing. Saat ini, ada kecenderungan para investor sedang
wait and see dengan mengombinasikan berbagai faktor. Mulai dari respons terhadap rilis kinerja kuartal III, proyeksi pada kuartal IV, hingga faktor eksternal seperti tensi geo-politik, sentimen menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dan kebijakan suku bunga The Fed. "Jika pemangkasan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi pasar, maka
inflow ke emiten top
market cap kembali besar potensinya. Rilis kinerja juga masih akan memengaruhi pergerakan saham," terang Audi.
Baca Juga: Turun 5 Hari Beruntun, IHSG Ditutup Melemah 0,37% ke 7.606 Hari Ini (29/10) Strategi di Saham Big Cap
Agung sepakat, investor masing cenderung berhati-hati mencermati efek musim rilis laporan keuangan serta sentimen eksternal terutama dari AS dan perkembangan tensi geo-politik global. Menurut Agung, pelaku pasar bisa menjalankan strategi
buy on weakness secara selektif pada saham
big cap saat IHSG mulai mendekati level
support kuat di area 7.450 - 7.500. Saham pilihan Agung adalah BBCA, TLKM, ASII dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI). Sedangkan Audi merekomendasikan
buy saham BBCA dan BMRI, serta
trading buy AMMN untuk target harga masing-masing di level Rp 11.150, Rp 7.200 dan Rp 10.500. Audi juga turut melirik saham ASII dan BBNI yang masih berpotensi kembali melejit ke barisan top 10 market cap. Sementara itu, saham PANI berpotensi mengalami fluktuasi apabila kinerjanya di bawah ekspektasi pasar. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menyarankan
wait and see terhadap saham big cap di tengah pelemahan IHSG dan posisi jual bersih (net sell) investor asing. William melihat kemungkinan pasar akan membaik di pertengahan November, dan saham-saham big cap yang
laggards bisa kembali mengalami penguatan.
Baca Juga: IHSG Turun 0,21% pada Sesi I Selasa (29/10), Top Losers : BBNI, ASII, dan BRIS Pada posisi saat ini, William melihat saham DSSA masih layak koleksi untuk target harga Rp 47.000 - Rp 50.000. Sementara itu, Dimas melirik saham-saham yang masih bisa mempertahankan kenaikan dalam tren utamanya, seperti PANI yang masih pada
uptrend parallel channel. Saham PANI akan lebih menarik untuk dikoleksi jika mengalami koreksi ke level
support Rp 14.000-Rp 14.200. Selain itu, Dimas menyodorkan saham BBCA sebagai satu-satunya big bank yang masih bergerak di rentang level harga tertingginya. Di sisi lain, Dimas melihat peluang
capital inflow dan penguatan IHSG kembali terbuka menjelang
window dressing yang biasanya terjadi pada akhir tahun. Saham-saham big cap akan menjadi penopang momentum tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati