KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan Juli 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dominan berada di zona merah. Per Jumat (8/7), IHSG turun 2,48% month-to-date (mtd) ke level 6.740,22 dari posisi 6.911,58 pada akhir Juni 2022. Ada sejumlah saham yang banyak dijual pelaku pasar sehingga menjadi laggard IHSG. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sepuluh teratas laggard IHSG bulan Juli 2022 adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, saham-saham tersebut dijual oleh pelaku pasar seiring dengan banyak sentimen negatif yang membayangi pasar modal belakangan ini. Mulai dari sentimen global terkait kekhawatiran resesi, inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga The Fed yang agresif, serta konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung selesai.
Saham Big Caps Bertengger Jadi Laggard IHSG Juli 2022, Ada Yang Menarik Dicermati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan Juli 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dominan berada di zona merah. Per Jumat (8/7), IHSG turun 2,48% month-to-date (mtd) ke level 6.740,22 dari posisi 6.911,58 pada akhir Juni 2022. Ada sejumlah saham yang banyak dijual pelaku pasar sehingga menjadi laggard IHSG. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sepuluh teratas laggard IHSG bulan Juli 2022 adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, saham-saham tersebut dijual oleh pelaku pasar seiring dengan banyak sentimen negatif yang membayangi pasar modal belakangan ini. Mulai dari sentimen global terkait kekhawatiran resesi, inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga The Fed yang agresif, serta konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung selesai.